blog follow
Apa yang tak mampu diucapkan oleh lisan, mampu dirasakan oleh hati, dan diterjemahkan melalui tulisan. Selamat bergabung menjadi teman cerita!

Perayaan
Tak Sesederhana Itu
Mutiara Dari Timur
Mekar Setelah Patah
Bukan Konsumsi Publik
Adakalanya
Perempuan Yang Merugi
Tanpa Arah
Kehidupan Setelah Kematian
Sorot Mata

Skin By : Adam Faiz
Edited By : Me
Colour Code : HTML COLOUR
Big Help : Wanaseoby


Jodoh Pasti Bertamu
05 May, 2022 • 0 comment {s}




Hari ini, aku berkunjung ke rumah sahabat, teman sekelas sejurusan saat di UPI dulu.
Malamnya, dia kirimkan aku sebuah short message:

    "Btw mohon maaf lahir dan batin ya. Aku mau ngabarin, insyaAllah besok aku dikhitbah. Minta tolong bantu doain ya. Semoga Allah ridho dan lancarin semuanya. Kalo free, hayu ke rumah, ditunggu yaa."

Kaget dan senang bukan main aku tahu kabar itu, gimana engga? Aku yang lebih banyak cerita eh tapi dia yang gas duluan alhamdulillah. Dari chit chat dengan dia. dia sempat bilang kalau ternyata sejak 2018 sudah mendoakan tentang keinginannya untuk menikah, kalau dihitung-hitung sudah sekitar 4 tahunan, dan doa agar bisa menikah di tahun 2022 sejak tahun 2020. Masyaallah, ternyata sudah banyak sekali doa-doa yang ia tabung sejak lama!

Aku yang masih kaget dan terheran-heran sempat bertanya, "Loh kok kamu berani banget dan seyakin itu? Kenapa bisa untuk memutuskan ini?" 

Baginya pertanyaanku cukup terjawab hanya dengan dua kata: Yakin dan Restu. Yakin untuk memantapkan langkah menuju pernikahan, ia juga merasa butuh menikah salah satunya karena ingin terjaga dari fitnah. setelah itu ternyata sudah mengantongi restu orang tua untuk menikah. Percakapan malam itu dicukupkan sampai bahasan itu.

Besok paginya, aku datang ke acara khitbahnya, entah terakhir kapan aku datang dan menyaksikan acara khitbah orang lain, ternyata di sana ada 1 orang teman kami juga, dan 3 orang sahabat SMA nya. Masih dalam keadaan tidak percaya temanku sudah dikhitbah orang, sesampainya di sana aku langsung dijamu untuk makan. Setelah itu kami foto-foto dan mengobrol. Entah sudah berapa banyak pertanyaan, "Kamu kok berani banget?", "Kok kamu berani melangkah sampai sejauh ini?", ternyata kita memang sudah dewasa:")

Dari obrolan itu, kudapati beberapa poin bahwa:
  1. Pernikahan itu memang harus dilandaskan alasan beribadah kepada Allah: ingin terjaga dari fitnah, dan memang sudah merasa perlu menikah.
  2. Menyandarkan semuanya kepada Allah. "Ya kalau dipikir-pikir mah aku takut, Ul. Tapi yakin lagi, nanti takut lagi, tapi selalu calon bilang buat selalu yakin sama Allah."
  3. Allah ijabah doa-doa kita di waktu yang tepat. Ia mendoakan agar bisa menikah dengan orang Bandung, yang dekat dengan DT (karena memang sebelumnya beliau adalah santri DT), dan ternyata Allah ijabah, dipasangkan dengan orang Geger Kalong asli:') masyaallah.
  4. Jodoh kita itu dekat, dan akan ditemukan di "Circle" kita, oleh sebab itu lingkungan juga memegang peran penting terkait jodoh kita, baik itu melalui 1 organisasi, kelas, komunitas, kegiatan, ataupun relasi yang bersambungan dengan lingkungan kita saat ini. Bagaimana tidak? Walau jodohnya orang luar kota, tapi mereka bertemu di satu tempat dan sekarang satu tempat kerja.
  5. Umur, gelar, harta, ketampanan itu memang bukanlah tolak ukur utama untuk memilih pasangan. Kita tahu bahwa anjuran memilih yang paling baik agamanya adalah yang paling utama. Dan temanku, memilih calon walaupun berbeda 3 tahun lebih muda darinya, bukan lulusan kuliahan. Tapi beliau adalah guru Quran dan sudah selesai menyetorkan hafalan 30 juznya. Masyaallah... Lagi-lagi, umur bukanlah satu-satunya patokan kedewasaan.
  6. Tidak berlama-lama dalam prosesnya. Karena proses menuju akad cukup rawan bagi dua pasang makhluk Allah. Calonnya datang ke rumah, menyatakan keseriusannya di akhir Februari, Khitbah bulan Mei, dan akan melangsungkan akad nikah masih di bulan yang sama. Di Bulan Syawal ini, masyaallah! Sangat sat set sat set.
  7. Biaya pernikahan bagi mereka bukanlah hal besar yang membuat mereka ragu dan mundur untuk menikah. Bagi mereka, yang penting akad dulu dan syukuran kecil-kecilan. Resepsi bisa di kemudian hari. Dan katanya, di akad nanti sang calon akan men-tasmi'kan hafalannya, masyaallah... Jujur ingin sekali kelak bisa seperti itu juga:')

Cukup banyak insight yang ia kasih, untuk memotivasiku, karena teman kami yang satu lagi pun akan melangsungkan akad di Bulan Agustus nanti. Karena katanya, kalau menunggu siap, kita gaakan pernah siap.

Ya. Motivasi untuk menyegerakan dan tak terlalu lama mencari-cari alasan ini dan itu:D


Syawal adalah bulan kebahagiaan kaum muslimin, jadi harus bahagia ya:)
Insyaallah di waktu yang tepat dengan orang terbaik dari yang baik. Aamiin...
Mari perbaiki diri, memantaskan, dan mempersiapkan.


Labels:



Post a Comment



Older | Newer


Older | Newer