
Mata Air Kehidupan
01 June, 2022
•
0 comment {s}
"Maukah, kau, menjadi mata air?"
Dalam arti filosofis, banyak manusia yang dengan berani dan mudahnya menjawab, "Mau." Ada yang tanpa alasan ia menjawab, namun izinkan aku memberi tahu beberapa alasan lain itu,
"Mau bu biar jadi pribadi yg pantang menyerah seperti mata air yg tak berhenti mengalir terus, selalu menyejukkan dan bermanfaat bagi orang banyak seperti mata air bu" -Jawaban anak muridku.
"Ingin selalu bisa memberi dan terus mengalirkan sesuatu yang bermanfaat bagi yang membutuhkan; karena kaka pernah ada di posisi ngga punya apa² (ilmu, harta, dsb), sebagai tanda syukur, Aul" -Jawaban kakak tingkatku.
Dan beberapa jawaban dari teman-temanku,
"Mauu...
Pastinya mata air yg bersih lagi jernih yg bermanfaat bagi manusia dan alam❤️",
"Ingin jadi penyejuk bagi keluarga, berawal dari diri yg tenang. Semoga sakinah dari Allah.",
"Kebermanfaatannya banyak untuk orang-orang".
***
Saat akhir kepengurusan, kami diminta untuk memberi beberapa kata terakhir -sebagai wejangan- bagi pengurus terpilih. Saat itu, aku hanya mampu menuliskan, "Jika air didiamkan maka ia akan keruh, jika dialirkan maka ia akan jernih. Begitu juga ikan di dalamnya, ia akan menjadi kuat lagi besar jika mampu melawan arus air yang mengalir."
Mari kita maknai tulisan tersebut,
"Jika air didiamkan, maka ia akan keruh, jika dialirkan maka ia akan jernih". Ibarat roda kehidupan yang takkan pernah berhenti berputar, begitu pula roda organisasi harus terus menerus dijalankan. Jika hidup tak diisi dengan kebaikan, maka ia akan diisi oleh kemaksiatan. Itu mutlak.
"Begitu juga ikan di dalamnya, ia akan menjadi kuat lagi besar jika mampu melawan arus air yang mengalir". Aku pernah baca sekilas mengenai ikan salmon. Ikan salmon adalah ikan yang berenang melawan arus sungai, maka dapat dipastikan ikan tersebut besar badannya, segar dagingnya, juga kuat. Hal ini pula dapat dimaknai dalam kehidupan, terkhusus arus kehidupan yang buruk. Dengan sekuat tenaga, kita melawan arus tersebut dan bertahan. Memang tidak mudah, namun justru membentuk kita menjadi pribadi-pribadi yang kuat.
***
Kembali mengenai mata air yang baru kumaknai saat film dan buku karya presiden ke-3 RI itu viral. Mata air merupakan filosofi hidupnya. Akhir-akhir ini pun, kucoba merenungi kembali.
Jika kau rasa di sekelilingmu terasa tandus lagi gersang, curigalah. Mungkin Allah memilihmu untuk menjadi mata air itu.
Tentang air, yang berkali-kali Allah sebutkan dalam Alquran. Tentang mula terbentuknya kehidupan dari tanah yang tandus.
"Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran." QS. 7: 57
Mata air, yang dengan ikhlasnya mengalirkan air melalui sela-sela batu, menumbuhkan lumut, dan meresap melalui akar pepohonan. Yang alirannya bercecabang ke segala penjuru tanah. Yang manfaatnya mampu dirasakan bagi setiap makhluk yang menyusuri aliran tersebut.
Mata air yang jernih, mampu memberikan penghidupan yang baik untuk makhluk di sekelilingnya. Tapi sebelum ia mampu alirkan air yang jernih itu, lebih dulu ia harus mampu menerima tempaan atas proses alam yang ia terima: mula dari air permukaan, meresap ke dalam tanah, hingga akhirnya ia muncul ke permukaan tanah.
Memberi makna kepada kita, atas setiap kesakitan dan kesulitan ujian dalam hidup, bukan mengkerdilkan upaya kita dalam berperan bagi sekitar, melainkan atas selesainya diri dari tempaan yang menguatkan itu, atas kepayahan, justru semakin banyak mengalirkan kebermanfaatan, bukan hanya pada alirannya saja, namun juga bagi setiap cabang alirannya yang merupakan pahala jariyah.
Tapi di sisi lain, takutkah kamu untuk menjadi mata air itu? Jika kamu merasa siap untuk mengaliri banyak kebaikan, maka kamu juga harus siap untuk selesai dari permasalahan diri sendiri menuju tahap menanggung beban orang lain. Menyelesaikan segala macam bentuk keegoisan menuju "Apa lagi yang mampu aku beri?". Memberi keteladanan dalam tiap pertemuan, mengikis segala sikap dan sifat buruk pada diri.
Sepertinya, jika kamu ingin menjadi mata air, mungkin kamu bagai manusia suci tanpa cela yang setiap perilakunya terbingkai kebaikan, yang tiap katanya teruntai hikmah.
Pertanyaanku, "Apakah mampu?"
Labels: motivasi
"Maukah, kau, menjadi mata air?"
Dalam arti filosofis, banyak manusia yang dengan berani dan mudahnya menjawab, "Mau." Ada yang tanpa alasan ia menjawab, namun izinkan aku memberi tahu beberapa alasan lain itu,
"Mau bu biar jadi pribadi yg pantang menyerah seperti mata air yg tak berhenti mengalir terus, selalu menyejukkan dan bermanfaat bagi orang banyak seperti mata air bu" -Jawaban anak muridku.
"Ingin selalu bisa memberi dan terus mengalirkan sesuatu yang bermanfaat bagi yang membutuhkan; karena kaka pernah ada di posisi ngga punya apa² (ilmu, harta, dsb), sebagai tanda syukur, Aul" -Jawaban kakak tingkatku.
Dan beberapa jawaban dari teman-temanku,
"Mauu...
Pastinya mata air yg bersih lagi jernih yg bermanfaat bagi manusia dan alam❤️",
"Ingin jadi penyejuk bagi keluarga, berawal dari diri yg tenang. Semoga sakinah dari Allah.",
"Kebermanfaatannya banyak untuk orang-orang".
***
Saat akhir kepengurusan, kami diminta untuk memberi beberapa kata terakhir -sebagai wejangan- bagi pengurus terpilih. Saat itu, aku hanya mampu menuliskan, "Jika air didiamkan maka ia akan keruh, jika dialirkan maka ia akan jernih. Begitu juga ikan di dalamnya, ia akan menjadi kuat lagi besar jika mampu melawan arus air yang mengalir."
Mari kita maknai tulisan tersebut,
"Jika air didiamkan, maka ia akan keruh, jika dialirkan maka ia akan jernih". Ibarat roda kehidupan yang takkan pernah berhenti berputar, begitu pula roda organisasi harus terus menerus dijalankan. Jika hidup tak diisi dengan kebaikan, maka ia akan diisi oleh kemaksiatan. Itu mutlak.
"Begitu juga ikan di dalamnya, ia akan menjadi kuat lagi besar jika mampu melawan arus air yang mengalir". Aku pernah baca sekilas mengenai ikan salmon. Ikan salmon adalah ikan yang berenang melawan arus sungai, maka dapat dipastikan ikan tersebut besar badannya, segar dagingnya, juga kuat. Hal ini pula dapat dimaknai dalam kehidupan, terkhusus arus kehidupan yang buruk. Dengan sekuat tenaga, kita melawan arus tersebut dan bertahan. Memang tidak mudah, namun justru membentuk kita menjadi pribadi-pribadi yang kuat.
***
Kembali mengenai mata air yang baru kumaknai saat film dan buku karya presiden ke-3 RI itu viral. Mata air merupakan filosofi hidupnya. Akhir-akhir ini pun, kucoba merenungi kembali.
Jika kau rasa di sekelilingmu terasa tandus lagi gersang, curigalah. Mungkin Allah memilihmu untuk menjadi mata air itu.
Tentang air, yang berkali-kali Allah sebutkan dalam Alquran. Tentang mula terbentuknya kehidupan dari tanah yang tandus.
"Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran." QS. 7: 57
Mata air, yang dengan ikhlasnya mengalirkan air melalui sela-sela batu, menumbuhkan lumut, dan meresap melalui akar pepohonan. Yang alirannya bercecabang ke segala penjuru tanah. Yang manfaatnya mampu dirasakan bagi setiap makhluk yang menyusuri aliran tersebut.
Mata air yang jernih, mampu memberikan penghidupan yang baik untuk makhluk di sekelilingnya. Tapi sebelum ia mampu alirkan air yang jernih itu, lebih dulu ia harus mampu menerima tempaan atas proses alam yang ia terima: mula dari air permukaan, meresap ke dalam tanah, hingga akhirnya ia muncul ke permukaan tanah.
Memberi makna kepada kita, atas setiap kesakitan dan kesulitan ujian dalam hidup, bukan mengkerdilkan upaya kita dalam berperan bagi sekitar, melainkan atas selesainya diri dari tempaan yang menguatkan itu, atas kepayahan, justru semakin banyak mengalirkan kebermanfaatan, bukan hanya pada alirannya saja, namun juga bagi setiap cabang alirannya yang merupakan pahala jariyah.
Tapi di sisi lain, takutkah kamu untuk menjadi mata air itu? Jika kamu merasa siap untuk mengaliri banyak kebaikan, maka kamu juga harus siap untuk selesai dari permasalahan diri sendiri menuju tahap menanggung beban orang lain. Menyelesaikan segala macam bentuk keegoisan menuju "Apa lagi yang mampu aku beri?". Memberi keteladanan dalam tiap pertemuan, mengikis segala sikap dan sifat buruk pada diri.
Sepertinya, jika kamu ingin menjadi mata air, mungkin kamu bagai manusia suci tanpa cela yang setiap perilakunya terbingkai kebaikan, yang tiap katanya teruntai hikmah.
Pertanyaanku, "Apakah mampu?"
Labels: motivasi
Post a Comment