
Mendaki Ke Langit
11 June, 2022
•
0 comment {s}
Dahulu, aku kenal seseorang, yang jasadnya menapak bumi namun amal melangit. Aku tuliskan ini untukku dan untukmu, agar bisa mengikuti jejak langkahnya.
Ia bangun di tengah malam untuk melaksanakan qiyamullail, rakaatnya tak banyak: 5, 7, atau 11. Setelah itu ia menunggu shubuh dengan membaca atau menghafal alquran. Setelah adzan subuh, ia bergegas untuk menyegerakan bisa berjamaah dengan teman-temannya atau sendirian, tapi sebelum itu, ia tunaikan dahulu shalat sunnah 2 rakaat sebelum subuh yang pahalanya senilai dengan langit dan bumi. Setelahnya, ia dzikir pagi dan mungkin ditutup dengan shalat syuruq atau menuntaskan target tilawahnya.
Di pagi hari menuju siang, ia melanjutkan untuk terus berinteraksi dengan alquran, namun sekarang, ia gunakan untuk bermuamalah dengan manusia lain, tak lupa disempatkan untuk shalat dhuha.
Sekian menit sebelum iqomah dzuhur berkumandang, ia laksanakan shalat sunnah 4 rakaat dan 2 rakaat setelahnya. Ketika ashar tiba, setelahnya ia berdoa petang dengan al ma'tsurat sughro, dan khusus di hari Jumat, ia membaca al-ma'tsurat kubro.
Begitu juga maghrib dan isya yang setelahnya ia tunaikan 2 rakaat, atau jika ingin, ia tunaikan 2 rakaat sebelumnya sembari menunggu adzan. Di hari Jumat, ia selalu sempatkan untuk bertilawah suratul kahf yang memberinya cahaya di antara 2 jumat.
Selain itu, sebelum tidur, ia biasakan membaca suratul mulk atau jika ia tak mengantuk, diselesaikannya 1 surah al baqarah, kemudian dilanjutkan dengan shalat hajat dan shalat taubat masing-masing 2 rakaat sebagai penutup hari.
Di setiap senin dan kamisnya ia rutinkan untuk berpuasa sunnah, dan beberapa puasa sunnah lainnya. Tak lupa, ada sebagian paginya yang ia gunakan untuk sedekah subuh atau sedekah di perjalanan harinya. Hari-harinya penuh dengan lantunan ayat alquran, ia senantiasa berkabar kepada orangtua dan keluarga. Dalam bermuamalah, jika orang lain yang tua renta, anak-anak yang berjualan, ia selalu ingin membeli, tujuannya untuk sedekah seminimalnya hari itu pedagang tersebut cukup memiliki uang untuk makan. Ia suka memberi walaupun tak terlihat, ia suka menolong orang lain tanpa harus diucapkan setiap jasanya. Hatinya lembut, sangat lembut. Ia mudah sekali menangis, dan berempati terhadap orang lain. Senyumnya yang manis selalu ia tebar saat bertemu orang lain.
Ia selalu mendoakan orang lain dalam malam panjangnya, yang sangat rahasia. Ia juga sangat sangat menjaga interaksi dengan lawan jenisnya, walaupun rasa rindu itu kerap kali menyergap dan kabar tentang orang itu senantiasa didengarnya entah darimana saja. Tapi, ia diam dan menjaga, tak lupa melangitkan doa.
Dan mungkin oleh sebab niat yang senantiasa terjaga untuk beramal dan berkahnya alquran, menjadikan setiap apapun yang menjadi keinginan, tak perlu waktu lama untuk dikabulkan, dan Allah senantiasa memberinya perlindungan.
Ya, manusia seperti itu, ada di bumi.
Semoga amalnya dapat menjadi referensi untuk kita.
Dahulu, aku kenal seseorang, yang jasadnya menapak bumi namun amal melangit. Aku tuliskan ini untukku dan untukmu, agar bisa mengikuti jejak langkahnya.
Ia bangun di tengah malam untuk melaksanakan qiyamullail, rakaatnya tak banyak: 5, 7, atau 11. Setelah itu ia menunggu shubuh dengan membaca atau menghafal alquran. Setelah adzan subuh, ia bergegas untuk menyegerakan bisa berjamaah dengan teman-temannya atau sendirian, tapi sebelum itu, ia tunaikan dahulu shalat sunnah 2 rakaat sebelum subuh yang pahalanya senilai dengan langit dan bumi. Setelahnya, ia dzikir pagi dan mungkin ditutup dengan shalat syuruq atau menuntaskan target tilawahnya.
Di pagi hari menuju siang, ia melanjutkan untuk terus berinteraksi dengan alquran, namun sekarang, ia gunakan untuk bermuamalah dengan manusia lain, tak lupa disempatkan untuk shalat dhuha.
Sekian menit sebelum iqomah dzuhur berkumandang, ia laksanakan shalat sunnah 4 rakaat dan 2 rakaat setelahnya. Ketika ashar tiba, setelahnya ia berdoa petang dengan al ma'tsurat sughro, dan khusus di hari Jumat, ia membaca al-ma'tsurat kubro.
Begitu juga maghrib dan isya yang setelahnya ia tunaikan 2 rakaat, atau jika ingin, ia tunaikan 2 rakaat sebelumnya sembari menunggu adzan. Di hari Jumat, ia selalu sempatkan untuk bertilawah suratul kahf yang memberinya cahaya di antara 2 jumat.
Selain itu, sebelum tidur, ia biasakan membaca suratul mulk atau jika ia tak mengantuk, diselesaikannya 1 surah al baqarah, kemudian dilanjutkan dengan shalat hajat dan shalat taubat masing-masing 2 rakaat sebagai penutup hari.
Di setiap senin dan kamisnya ia rutinkan untuk berpuasa sunnah, dan beberapa puasa sunnah lainnya. Tak lupa, ada sebagian paginya yang ia gunakan untuk sedekah subuh atau sedekah di perjalanan harinya. Hari-harinya penuh dengan lantunan ayat alquran, ia senantiasa berkabar kepada orangtua dan keluarga. Dalam bermuamalah, jika orang lain yang tua renta, anak-anak yang berjualan, ia selalu ingin membeli, tujuannya untuk sedekah seminimalnya hari itu pedagang tersebut cukup memiliki uang untuk makan. Ia suka memberi walaupun tak terlihat, ia suka menolong orang lain tanpa harus diucapkan setiap jasanya. Hatinya lembut, sangat lembut. Ia mudah sekali menangis, dan berempati terhadap orang lain. Senyumnya yang manis selalu ia tebar saat bertemu orang lain.
Ia selalu mendoakan orang lain dalam malam panjangnya, yang sangat rahasia. Ia juga sangat sangat menjaga interaksi dengan lawan jenisnya, walaupun rasa rindu itu kerap kali menyergap dan kabar tentang orang itu senantiasa didengarnya entah darimana saja. Tapi, ia diam dan menjaga, tak lupa melangitkan doa.
Dan mungkin oleh sebab niat yang senantiasa terjaga untuk beramal dan berkahnya alquran, menjadikan setiap apapun yang menjadi keinginan, tak perlu waktu lama untuk dikabulkan, dan Allah senantiasa memberinya perlindungan.
Ya, manusia seperti itu, ada di bumi.
Semoga amalnya dapat menjadi referensi untuk kita.
Post a Comment