blog follow
Apa yang tak mampu diucapkan oleh lisan, mampu dirasakan oleh hati, dan diterjemahkan melalui tulisan. Selamat bergabung menjadi teman cerita!

Pahlawan
Jangan Mati
Laut Lepas
Orang-orang Besar
Aku Hampir Menyerah
Si Tukang Curhat
Menjadi Hujan
Bandung
Melihat Lebih Dekat
Catatan Akhir Pekan

Skin By : Adam Faiz
Edited By : Me
Colour Code : HTML COLOUR
Big Help : Wanaseoby


Memang Kamu Payah, Terima Saja
04 August, 2022 • 0 comment {s}


Aku yang tak seyakin itu.

Ternyata kalimat alhamdulillah haruslah dimaknai lebih dalam lagi...


Katanya, nikmati saja. Jalani saja tiap prosesnya. Kurasa sejauh ini, aku tak bermasalah dengan itu. Aku justru sangat menikmati setiap langkah baruku yang, ya, membuatku bertumbuh. Perhatikan baik-baik, aku tak mempermasalahkan proses dalam keprofesionalanku.


Kau tahu apa yang justru menjadi ganjalan? Mungkin itu hanya batu kerikil bagi orang lain, tapi bagiku, tidak. 


Dengarkan baik-baik. Aku hanya butuh kepastian akan posisiku di masa mendatang. Hanya itu saja. Jika masih tetap sama dengan posisiku yang sekarang, yang sedang aku jalani dan nikmati, aku setuju-setuju saja. 


Tapi ketidakpastian itu, akhir-akhir ini, kurasa sangat menyulitkan. Sempat ada masa drama itu menguras emosiku, aku tak dapat berpikir jernih. Semuanya rumit saja di otakku.


Bak dihantam ombak besar. Aku tak mau lagi merencanakan hidup. Semuanya runtuh. Tapi tetap saja, walau mungkin rencanaku ada yg hancur sebagian, atau mungkin sulit untuk dicapai dari waktu yang telah diestimasikan, langkah kecil selanjutnya akan keputusan apa yang aku pilih tetap membuatku sakit kepala.


Aku tak suka memilih karena kutahu setiap pilihan itu pasti memiliki risikonya. Aku hanya belum siap untuk itu.


Mungkin banyak orang menganggapku spontan dalam bertindak, adaptif dalam lingkungan/perencanaan yang baru, mungkin juga taktis. Tapi, di kondisi yang lain, aku tak menyukai itu. Perubahan itu banyaknya memusingkan. Pergi setelah nyaman dan kembali beradaptasi dengan lingkungan yang baru juga berdamai dengan diri itu bukan hal yang mudah bukan?


Orang-orang hanya bisa mendengarkan, membantu memberi pertimbangan, mungkin juga dukungan. Tapi kembali lagi, sadarlah, keputusan itu ada dalam dirimu sendiri.


Ya, sejauh ini aku belum berani lagi bermimpi apapun. Baiklah, mari kita jalani bagaimana kelanjutan dari game kehidupan ini, walaupun tak kupungkiri cemas dan kelumit pikiran rumit itu ada. Apakah aku akan menuju babak baru di tempatku saat ini, atau justru, aku yang gugur dan tamat di tempat ini?


Ya, jalani saja dulu. Tapi kamu juga perlu mengestimasikan hingga kapan, kan? 


Juga tentu, melihat peluang. Karena di antara kemungkinan dan ketidakmungkinan itu, pasti selalu ada peluang. Ah lagi-lagi aku masih membenturkannya dengan perasaanku sendiri. 

Aku, yang -selalu- kebingungan.


---


Banjar, di atas gerbong Kereta Api Lodaya

Bd-Yk



Post a Comment



Older | Newer


Older | Newer