blog follow
Apa yang tak mampu diucapkan oleh lisan, mampu dirasakan oleh hati, dan diterjemahkan melalui tulisan. Selamat bergabung menjadi teman cerita!

Memang Kamu Payah, Terima Saja
Pahlawan
Jangan Mati
Laut Lepas
Orang-orang Besar
Aku Hampir Menyerah
Si Tukang Curhat
Menjadi Hujan
Bandung
Melihat Lebih Dekat

Skin By : Adam Faiz
Edited By : Me
Colour Code : HTML COLOUR
Big Help : Wanaseoby


(Menyerah) Jalani Sajalah
09 August, 2022 • 0 comment {s}


"Hingga kapan kamu akan bertahan dengan idealisme itu?"

Pertanyaan itu dilontarkan kepadaku 2 bulan yang lalu. Sepertinya itu hanya kalimat retoris yang tak perlu aku jawab, namun cukup menghujam dalam.


Cahaya itu, kini tak lagi remang-remang. Semburatnya yang tak terlalu terang tapi cukup mampu digunakan sebagai penunjuk jalan. Nampaknya, waktuku tak lama lagi. Mungkin kita harus berpisah di sini. Aku tak bisa melanjutkan kisah-kisah itu lagi. Mungkin, aku takkan kembali lagi. Jika, ya, pasti seantero dunia akan menertawakan -kebodohan- jalan hidupku yang seperti manusia purba (nomaden). Jika pun iya, ini akan menjadi pindahan yang kesekian yang mungkin selanjutnya, tak diizinkan.


Bukan aku yang menginginkannya, tapi memang sudah seperti itu jalannya. Kata, "Sudah takdirnya", terdengar sumbang seperti orang kemalangan yang sudah tak mampu mencari pertolongan. Mungkin bagi sebagian orang, keputusanku ini terbilang naif. Aku akan bertahan hingga tenggat waktu yang ditentukan. Karena tak mungkin jika aku pergi begitu saja, aku akan merepotkan dan juga memberi beban baru bagi yang lain.


Di satu sisi, mungkin tak apa jika aku meninggalkan, demi kebaikanku. Tapi, sejauh ini aku belum mampu. Ya, baiknya kuselesaikan saja hingga tenggat nanti. Mungkin setelahnya akan menjadi hal yang tak mudah bagiku, tapi setidaknya, aku tak merepotkan orang lain dengan pelimpahan tugasku. Hingga pengganti itu datang, nampaknya tak apa jika aku harus bertahan. Toh aku belum sempat mengabadikan banyak momen dengan anak-anak itu. Maka, sisa waktu ini jadi kesempatan yang baik bukan?

Jalani saja, dengan sebaik-baiknya. Baiklah. Setelah kupikir-pikir, aku harus siap dengan segala konsekuensinya. Dengan kehidupanku di kemudian, sepertinya tak apa. Aku pun tak tahu apa-apa.


Satu yang aku yakini, bahwa ketika kita menolong orang, maka Allah menolong kita. Dan salah satu prinsip hidup yang aku tanamkan sejak lama: "Aku pantang menjadi beban bagi orang lain. Jika aku tak mampu membantu mereka, setidaknya aku tak menyulitkannya."


Semburat cahaya itu mungkin takkan selamanya menerangi jalan, bisa jadi di kemudian ia akan kembali meredup bahkan padam, hingga mungkin membuatku tak tahu lagi hendak ke arah yang mana.


Ah bismillah saja, bukankan itu semua menguji keyakinan? Bukankah itu menguji ketawakkalan?


Akhirnya, sama, 

Bismillah saja atas segala keputusan. Semoga selalu dibimbing dalam keridhoan. Bisa jadi yang kita yakini baik, ternyata ada yang lebih baik lagi di skenario yang lain, namun kerap kali sulit dalam penerimaan. 


"Tugas kita hanyalah sebagai penikmat skenario-Nya."


Ya sudahlah, jalani saja...



Post a Comment



Older | Newer


Older | Newer