
Mengutuk Kegelapan
01 November, 2022
•
0 comment {s}
Mengutuk kegelapan, ah rasanya sia-sia saja.
Harusnya kamu menapaki, menyusuri, bukan mengutuki kegelapan itu. Hingga kau temui lorong cahaya.
"Sudah aku jalani, tapi masih gelap gulita."
"Apa ada teman, untuk menemaniku?"
Tidak ada. Berhati-hatilah saja sendiri, dan juga berdoa.
Jalan ini adalah jalanmu, juga bersama Allah. Kamu lah yang harus memperjuangkannya, tak perlulah minta bantuan orang lain. Mereka berbeda, mereka punya kesibukan masing-masing, ingat ya, mereka-punya-hidupnya-masing-masing. Kamu pun juga.
Jadikan malam sebagai teman. Ia pun juga sama-sama kelam, kan? Malam bukan hanya sebagai waktu beristirahat. Di malammu saja kau luapkan segala rasa, kemudian tutup bersamaan dengan singsingan fajar, dan mari kembali.
Ah hadiah di November ini, sepertinya sedikit menyesakkan.
Sudah-sudah, jangan menangis.
Mengutuk kegelapan, ah rasanya sia-sia saja.
Harusnya kamu menapaki, menyusuri, bukan mengutuki kegelapan itu. Hingga kau temui lorong cahaya.
"Sudah aku jalani, tapi masih gelap gulita."
"Apa ada teman, untuk menemaniku?"
Tidak ada. Berhati-hatilah saja sendiri, dan juga berdoa.
Jalan ini adalah jalanmu, juga bersama Allah. Kamu lah yang harus memperjuangkannya, tak perlulah minta bantuan orang lain. Mereka berbeda, mereka punya kesibukan masing-masing, ingat ya, mereka-punya-hidupnya-masing-masing. Kamu pun juga.
Jadikan malam sebagai teman. Ia pun juga sama-sama kelam, kan? Malam bukan hanya sebagai waktu beristirahat. Di malammu saja kau luapkan segala rasa, kemudian tutup bersamaan dengan singsingan fajar, dan mari kembali.
Ah hadiah di November ini, sepertinya sedikit menyesakkan.
Sudah-sudah, jangan menangis.
Post a Comment