Aku sakit.
Dulu sekali, aku pernah bertanya ke salah seorang kakak tingkat, "Teh kenapa ya, aku kalau lagi down, sedih, kesal, pokoknya lagi ada masalah, aku ngerasa nasihat orang-orang itu tidak membantu sama sekali?"
Jawaban yang keluar dari mulut beliau, sangat tidak disangka-sangka membuat aku merasa paling berdosa, "Hati-hati tuh dengan diri kamu, masa diberi nasihat gamau. Jangan-jangan justru hati kita yang mengeras? Gimana ruhiyahnya?"
Bukan jawaban itu yang ingin aku dengar. Sejak saat itu, aku tidak pernah lagi berbagi dengan beliau.
Saat itu, memang pikiranku kacau sekali. Rasanya tak ada semangat untuk apapun. Ditambah lagi jawaban yang seperti itu membuatku berpikir, apa iya, hatiku keras?
---
Pernah juga di suatu masa, aku merasakan ada yang tidak beres dalam diriku, tapi aku tak tahu apa. Setelah aku menceritakan, hanya satu pertanyaan yg dilontarkan oleh pendengar tersebut, "Gimana amal yauminya? Mungkin kamu lagi futur. Ayo segera kembali."
Lagi-lagi kondisiku dibenturkan dengan hal tersebut. Pernah aku merasa sudah memenuhi kualifikasi amal harian, namun rasanya masih ada saja yang tidak enak di pikiranku. Entah apa yang sedang aku rasakan?!
Yang kemudian ditimpali lagi, "Coba amalan yauminya jangan hanya dikerjakan sebagai penggugur kewajiban, dimaknai."
Seperti manusia yang penuh dosa aku rasa. Padahal aku sudah menutup aurat, aku tak bermudah-mudah, amanah yang ada pun aku kerjakan. Namun, kenapa orang lain menimpali seperti itu?
---
Tumpukan emosi-emosi yang tidak selesai itu, menjadi gundukan sampah pikiran, dan ia terundang atas masalah-masalah kecil yang akhirnya memenuhi pikiranku.
Aku menangis lalu tertawa. Menertawakan diriku sendiri, kemudian menangis lagi karena merasa tak berguna, bodoh, dan penilaian negatif tentang diri. Kepalaku sakit, sakit sekali. Aku menutup diri dari lingkungan, saat ada beberapa sahabat yang ingin menemuiku pun, aku tolak. Karena aku tak ingin bertemu mereka. Aku hanya takut, takut dengan ucapan-ucapan mereka, aku takut dengan diri mereka. Jangan. Jangan mendekat. Aku hanya butuh waktu sendiri. Sampai akhirnya aku lelah dan kupejamkan mata.
---
Pernah juga pikiran-pikiran buruk itu, label yg disematkan orang lain untuk diriku, selalu membuat aku merasa cemas, was-was, dan membuatku tidak ingin berbicara dengan mereka. Aku ingin menjelaskan, tapi aku terlalu takut hingga akhirnya, itu terbawa hingga ke alam bawah sadar, hanya melalui mimpi aku berani menjelaskan dengan mereka, dan bayangkan sampai aku menangis saat mata terpejam!
---
Ternyata, sampah emosi itu belum bersih sempurna. Ia ada dan terus bertambah. Ternyata aku belum sepenuhnya menyelesaikan masalah-masalah itu.
Aku kira, dengan silent treatment itu adalah cara terbaik untuk menahan emosi. Ternyata salah, justru itu yang paling buruk. Silent treatment mungkin bisa menahan kita untuk tidak mengucapkan hal-hal yang menyakitkan bagi orang lain. Tapi ternyata justru lebih menyakitkan bagi orang lain, karena mendiami mereka tanpa mereka tahu dimana letak kesalahannya. Silent treatment juga, membuat pelakunya mengasingkan diri, bukannya lega, malah pikiran-pikiran buruk itu terus berputar-putar.
---
Masa itu sudah beberapa tahun yang lalu. Seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari istilah-istilah psikologi tentang apa yang pernah aku alami dahulu. Ternyata aku seperti ini dan itu.
Bukan seperti yang kakak tingkat itu bilang tentangku. Aku hanya butuh menenangkan diri. Nasihat atau motivasi dari orang lain, itu tidak berguna untuk melecutku. Karena motivasi itu harus aku temukan dalam diriku sendiri!
Dari pengalaman, aku berusaha untuk belajar, sedikit demi sedikit. Pun hal tersebut juga merubah bagaimana aku berlaku pada orang lain.
---
Jiwaku sakit.
---
Walaupun merasa sudah tak segila dulu, setelah aku menyimak kajian Kesehatan Mental Keluarga yang dibawakan oleh Bu Silmi K. Risman, S.Psi, MIRKH. Sedikitnya aku menyimpulkan, aku belum sembuh total.
Aku paparkan beberapa isi kajian tersebut.
"Saya masih baper, saya suka overthinking, saya tidak bisa mengelola emosi saya, saya gampang tersinggung, saya sebetulnya gak happy, kalau saya marah saya diamkan orang, kalau saya marah saya gamau membahasnya saya sukanya menyindir saja, kalau saya marah saya akan menyendiri dan tidak mau berbicara dengan siapa-siapa. Ini semua adalah tanda-tanda mental yang tidak sehat."
"Semua keadaan/penyakit itu ada obatnya kecuali umur yang terus bertambah tua. Obatnya bukan hanya doa saja."
"Kenapa ya hidup saya begini, saya emang gabisa apa-apa, saya harus terima takdir aja beginilah hidup saya. Itu adalah tanda bahwa kesehatan mental kita terganggu."
"Mulai sekarang, belajar jujur sama diri sendiri, menerima diri sendiri, menyadari kalau diri ini ada luka, jiwaku banyak bolongnya, mengakui kekurangan dan harus dihadapi."
"Bukan hanya memperhatikan kesehatan jasad, tapi juga keterhubungan dengan Allah dan perasaannya. Orang-orang yang lagi sedih dibilang kurang bersyukur, kurang ibadah. Komentar itu sangat menyakiti. Jika kamu tidak mampu menenangkan, lebih baik diam dan perlihatkan bahwa kamu ada di sampingnya. Karena secara ilmiah dan islam, tidak terbukti."
"Orang yang sehat mental adalah orang yang mampu memberikan dirinya ruang dan waktu untuk merasakan, mengelola, dan mengekspresikan pengalaman, perasaan, dan pemikiran mereka dengan cara-cara yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Tidak mempolisi perasaan orang lain. Berhenti membanding-bandingkan orang lain dengan standarmu! Mereka tak butuh itu."
"Kesehatan mental juga melingkupi bagaimana cara berpikir, merasa, memperlakukan diri dan orang-orang di sekitar, juga cara berbicara."
"Orang yang tidak bisa berpikir secara logis, maka segala halnya dibawa ke perasaan, sudah pasti dia tidak sehat mental. Hidup ini tidak diatur oleh perasaan kalian. Perasaan boleh dirasa, tapi tidak semua perasaan itu fakta. Down, sedih, kecewa, gapapa. Boleh aja. Nah lalu gimana? Cerahkan diri sendiri terlebih dulu dengan ilmu yang valid dan jelas sumbernya juga sesuai dengan quran dan sunnah."
"Kita harus berubah. Perubahan itu terjadi jika kita berbaik-baik pada diri sendiri, harus kenali diri, harus sayang sama diri dengan menerima yang baik dan memperbaiki yang kurang baik."
"Orang-orang yang sehat mental akan mampu membuat keputusan yang lebih baik, mampu bermakna untuk dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya."
"Faktor-faktor yang membentuk kesehatan mental itu: 1) lingkungan dimana kita dilahirkan, sangat erat kaitannya dengan orangtua dan pengasuhan, 2) biologis, adakah turunan ketidaksehatan mental dari keluarga?, 3) pengalaman hidup."
"Sehatkan mentalmu sebelum menikah!"
"Cara paling efektif mengurai sampah masa lalu (luka, trauma, atau apapun) yakni harus konseling dan belajar keterampilan² kesehatan mental (mampu mengatakan tidak, mampu membuat batasan, berhenti ga enakan, mampu mengelola emosi, dan berhenti memikirkan apa kata orang. Jangan sibuk dengan tanggapan orang lain!"
"Yuk sama-sama berjuang untuk memutus siklus dan sampah-sampah emosi (overthinking, baper, gampang sedih, susah mengelola emosi, dll). Perubahan harus diperjuangkan untuk memperbaiki diri."
"Alasan kenapa perlu menjaga kesehatan mental? 1) mengurangi stres, 2) mampu ambil keputusan yang lebih baik, 3) hidup lebih ringan."
"Adapun ciri-ciri orang yang sehat mental adalah 1) mampu mengelola emosi, tidak gampang ketrigger, tidak gampang baper, 2) punya harapan yang jelas dan cerah akan masa depan, 3) mampu mengelola stres, ga gampang tertekan, ga gampang naik pitam, punya empati yang sehat, 4) bisa menyelesaikan masalah dengan efisien, 5) mampu bermain, bekerja, dan mencintai orang lain, ga gengsian, 6) santai, tenang, 7) mau belajar, 8) mampu merasakan emosi, mengidentifikasi, merefleksi, 9) mampu memelihara hubungan dengan orang lain, 10) tidak gampang menyerah."
"Sedangkan ciri-ciri kesehatan mental yang tidak optimal adalah 1) suka sedih tanpa alasan yang jelas, tidak punya motivasi, merasa tidak mampu, 2) suka khawatir, bingung, cemas berlebih, 3) menyesali masa lalu, 4) pola makan dan tidur tidak teratur, 5) mood swing, gampang kesal gampang ketawa, 6) energi rendah, mudah lelah, 7) mudah merasa putus asa dan memikirkan hal-hal yang menyakiti diri sendiri/orang lain."
"Dan untuk menjaga kesehatan mental perlu untuk menjaga hubungan dengan Allah, mempraktikkan mindfulness, pola hidup sehat dan teratur, senantiasa bersyukur, terkoneksi dengan orang lain."
---
Yuk bisa yuk, lebih aware sama kondisi mental kita sendiri. Hidup memang ga mudah, apalagi ditambah dengan terganggunya kesehatan mental kita. Makin capek ya?
Bukan cuma mentalmu yang jadi sakit, tubuhmu pun jadi ikut-ikutan sakit kan? Hmm memang rekor dalam 2 bulan ini aku sudah 3x jatuh sakit. Tidak biasa-biasanya.
Karena mental yang sehat adalah hak semua orang. Bismillah, bisa yuk pelan-pelan untuk bangkit dan sembuh.
Mantap tehh
Post a Comment