blog follow
Apa yang tak mampu diucapkan oleh lisan, mampu dirasakan oleh hati, dan diterjemahkan melalui tulisan. Selamat bergabung menjadi teman cerita!

Visi Misi Pernikahan
Dapur
Tak Lagi Sama
Manusia Sombong
Takkan Terganti
Gunung dan Pantai
Petualang
Bantuan
Kesempatan
Pandangan Mata - Hijjaz

Skin By : Adam Faiz
Edited By : Me
Colour Code : HTML COLOUR
Big Help : Wanaseoby


Tumbuh dan Mendewasa
07 February, 2023 • 0 comment {s}


Hfftt. 2 pekan ke belakang ini, rasanya sangat panjang.


Waktu sangat cepat berlalu, dan jelas lebih banyak menguras energi dibanding sebelum-sebelumnya. Pun dengan pekan-pekan mendatang, aku harus membiasakan untuk itu.


Satu pintaku, semoga senantiasa Allah beri kesehatan. Aku sadar sekali, jika aku tumbang (seperti bulan-bulan sebelumnya), akan repot sekali. Akan banyak hal yang dilewatkan begitu saja. 


Aku juga sadar, berbagai peristiwa datang silih berganti dalam kurun waktu tersebut hingga saat ini, mungkin juga selanjutnya. Makna "Setelah selesai dari urusan yang satu, maka segeralah bergegas menuju urusan lain", itu benar-benar aku rasakan. 


Kadang jika orang-orang menanyakan, mengenai apa pencapaianku, rasanya bingung sekali untuk menjawabnya. Tapi beberapa waktu yang telah berlalu, membuat pencapaian itu seperti rutinitas kegiatan saja, sehingga kadang aku merasa bukan hal yang luar biasa dan patut untuk diapresiasi. 


Tentang: lakukan-lupakan, konsep dalam beramal yang senantiasa diajarkan gurunda Aa Gym. Yang malah membuatku merasa, itu bukanlah suatu hal yang disebut "Pencapaian". Segala ujian senang dan sedih, benar-benar datang silih berganti dalam tempo yang sangat cepat bagiku.


Tapi ada satu hal yang menyita perhatian diriku sendiri, adalah tentang bagaimana aku menyikapi masalah yang datang belakangan ini. Aku selalu merasa ketakutan, cemas, khawatir berlebih, overthinking, insecure, dan panik jika aku dihadapkan pada kondisi yang tak sesuai dengan apa yang aku inginkan, tak sesuai rencana/terjadi perubahan yang begitu tiba-tiba dan aku diharuskan untuk mengambil keputusan secara cepat.


Tapi ternyata, aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Hal ini dilontarkan oleh seorang rekanku, atas peristiwa yang telah terjadi beberapa waktu yang lalu. Katanya, aku tenang sekali dalam menghadapi kendala tersebut. 


Peristiwa terakhir, yang terjadi hari ini, atas beberapa rentetan sebelumnya, ternyata tak membuatku gegabah untuk bersikap yang kemudian akhirnya malah menjadi pembelajaran yang cukup berarti untuk semua pihak yang terlibat: dengan tak reaktif, berpikir sebelum bertindak, sabar dan menahan amarah, menegur pada tempatnya, memproses dengan pihak yang memang berwenang, tidak menjadikannya bahan gunjingan, berbicara atas dasar kebenaran yang bukan asumsi semata, dan berlapang dada untuk memaafkan atas perbuatan menyakitkan yang dilakukan orang lain. 


Ada yang bergejolak dalam hati saat menahan segala emosi itu, tanganku seperti bergetar, tapi ternyata aku manusia biasa. Permintaan maaf dan pengakuan kesalahannya mampu meluluhkan hati, yang tadinya dipenuhi oleh amarah yang mungkin akan menjadi kebencian, malah rasa terharu, iba, dan cinta.


Diam adalah opsi pilihan yang paling baik, saat hati dikuasai emosi atas perlakuan tidak menyenangkan orang lain, lalu mengambil jeda untuk menenangkan diri, meluapkan dan mengekspresikan emosi-emosi tersebut, hingga pikiranmu kembali jernih untuk memutuskan hal dan tak gegabah.


Memang, hidup penuh drama. Tapi, kita adalah pemeran dalam drama itu, kita memiliki peran untuk mengendalikan drama itu, akankah terus menerus dipenuhi skenario konflik yang runyam? Ataukah penuh dengan kedamaian? Kita masih mampu untuk mengambil peran.


Apakah itu yang dimaksud dengan kedewasaan dan proses pendewasaan?


Yaaa walaupun tak jarang, hal seperti itu membuatku sakit kepala dan lemas sekali untuk membawa badan. Itu semua karena pikiranku sendiri. Karena ternyata, pikiran justru yang lebih kejam menghadirkan banyak ke-sok tahu-an. Lagi, tugas kita hanya untuk menghadapi dan menyelesaikannya. Bukan untuk ditinggal lari.


Terima kasih Allah, terima kasih diri.


Bismillah, hati-hati itu tergerak pun, tidak atas dasar kesadaran sendiri. Melainkan Allah yang menggerakkan, Allah yang menjadikannya mudah. Allah, tolong bimbing aku...


Dan tak lupa, adalah tentang pola komunikasi yang baik dalam sebuah lingkup sosial. Semangat ya untuk terus bertumbuh dan mendewasa setiap harinya:)


Masyaallah tabarakallah.



Post a Comment



Older | Newer


Older | Newer