Berpindah
Dari satu urusan, ke urusan lain
Dari satu tempat, ke tempat lain
Dari tiap satuan waktu
Rasanya memang lelah. Tapi itulah tanda kalau kamu masih hidup, karena kamu: berpindah.
Memang orang-orang itu datang dan pergi, menemui takdir dan menyelesaikannya. Tak banyak, hanya segelintir saja mungkin yang diberi kesempatan untuk menetap.
Menetap pun tak selamanya menetap, lagi, ia hanya sedang menjalani dan akan menyelesaikan takdir pertemuannya bersama dengan kita. Entah cepat atau lambat, mereka pasti akan pergi juga.
Lalu? Tak apa kan?
Memang hubungan dengan manusia cukup di permukaan saja. Tak perlu dalam-dalam. Tak perlu bergantung terlalu erat, tak perlu berharap terlalu banyak karena peluang untuk dikecewakan justru akan sangat besar.
Sewajarnya saja.
Jika harus pergi, lakukan.
Jika harus kembali datang, lakukan.
Makna yang dalam akan takdir adalah setiap peristiwanya sudah Allah tuliskan lebih dulu. Akan bertemu dengan siapa, dimana, kapan, dan bagaimananya, semua sudah sangat apik tercatat dalam catatan takdir setiap hamba-Nya di Lauhul Mahfuz. Bahkan daun yang gugur sekalipun.
Tapi, takdir baik pun bisa diupayakan, dengan cara memilih untuk selalu berada dalam jalan kebaikan. Menjadi orang baik, juga pilihan kan? Baik yang seperti apa? Baik menurut penilaian masing-masing orang yang melakukannya.
Pun dengan pertanyaan, "Akan sampai kapan? Apakah akan pergi dan digantikan?" Itu kerap muncul dalam benak.
Salah satu petuah orang bijak: "Kita hidup di hari ini, maka maksimalkan apa yang bisa kita perbuat pada hari ini. Hari kemarin adalah pelajaran, dan hari esok tetaplah misteri juga harapan. Namun hari esok, adalah hasil kita di hari ini."
Lelah sekali.
Entah mengapa.
Ya, aku yakin setiap orang punya kelelahannya masing-masing. Atau justru, aku yang terlalu lemah?
Tidak apa. Teruslah berjalan, mengambil peran, dan menyibak takdir-Nya. Tak peduli sekecil apapun peran kebaikan itu, walau hanya sekecil biji sawi sekalipun. Allah dan malaikatnya tidak tidur.
Bukankah amal-amal itu akan tercatat, baik buruknya? Bukankah tiada balasan kebaikan melainkan kebaikan itu juga? Yaa walau mungkin biasa saja dan sangat tak bernilai, juga luput dari mata manusia.
Lakukan-lupakan.
---
Sebentar lagi Ramadhan, apakah persiapan untuk itu sudah maksimal? Hanya dirimu yang mengetahuinya.
Akan mengejar apa? Jelas ampunan-Nya. Melalui apa? Pertaubatan dan pengumpulan amal. Bersiap! Jangan lengah. Mari perbaiki kekacauan waktu dan keterlenaan dari sekarang.
Disiplin adalah syaratnya. Disiplin akan waktu dan komitmen diri. Jangan hancur, jangan rapuh. Bukankah intan pun terbentuk dari banyak benturan?
Bersabarlah dengan kesabaran yang indah. Jalani dan lakukan saja. Sisanya berserah kepada-Nya.
Bismillah. Marhaban yaa Ramadhan! Aku harus siap berlomba dalam kebaikan! Semoga kita dimampukan untuk sampai kepadanya.
Post a Comment