
Biasa Saja
27 March, 2023
•
0 comment {s}
Entah aku teracuni oleh siapa mengenai motto hidup untuk menjadi manusia biasa saja.
Biasa saja, menjalani hidup seperti biasanya, berteman seperti biasa, melakukan pekerjaanpun biasa saja. Ya sebagaimana mestinya, kerjakan apa yang harus dikerjakan. Biasa saja.
Aku selalu berlindung di balik kata-kata: biasa saja, aku tak suka dunia yang hingar bingar, aku tak suka ramai yang semu, namun akhirnya aku tetap menyepi bersama diriku sendiri.
Menjadi manusia yang biasa saja, hingga tak ingat apa-apa saja yang menjadi pencapaiannya. Semua, terasa biasa saja. Saking biasa saja, bahkan mungkin tak ada sama sekali pencapaian itu? Biasa saja-lah, tak usah berlebihan.
Dunia biasa saja, ternyata cukup menyenangkan, karena bisa dijalani semampunya, menjalaninya sebagaimana mestinya, tidak dibuat-buat atau dilebih-lebihkan. Dunia biasa saja, tak perlu menuntutmu untuk berlagak yang aneh-aneh, menuntutmu ini dan itu, ya menjadi manusia biasa.
Hingga akhirnya, karena kamu terlalu biasa saja, kamu lenyap ditelan bumi. Orang-orang datang dan pergi, silih berganti. Dan ya, tak ada memori khusus yang dibuat bersamamu, karena kamu: biasa saja. Memang, manusia yang biasa saja jarang dikenali oleh orang-orang. Mereka cenderung mengenali orang-orang yang luar biasa unggul atau luar biasa menyebalkannya.
Tidak apa-apa, kamu akan menjalani hidup dengan tenang. Tapi hei, mata manusia memang terlalu tajam. Mau tidak mau, kamu harus menampakkan diri. Keluarlah dari sarangmu yang nyaman itu.
Manusia biasa saja, mungkin akan mendapatkan hasil yang biasa saja juga. Semua akan terbayarkan sebagaimana mestinya.
Hidup itu pilihan, kan?
Entah aku teracuni oleh siapa mengenai motto hidup untuk menjadi manusia biasa saja.
Biasa saja, menjalani hidup seperti biasanya, berteman seperti biasa, melakukan pekerjaanpun biasa saja. Ya sebagaimana mestinya, kerjakan apa yang harus dikerjakan. Biasa saja.
Aku selalu berlindung di balik kata-kata: biasa saja, aku tak suka dunia yang hingar bingar, aku tak suka ramai yang semu, namun akhirnya aku tetap menyepi bersama diriku sendiri.
Menjadi manusia yang biasa saja, hingga tak ingat apa-apa saja yang menjadi pencapaiannya. Semua, terasa biasa saja. Saking biasa saja, bahkan mungkin tak ada sama sekali pencapaian itu? Biasa saja-lah, tak usah berlebihan.
Dunia biasa saja, ternyata cukup menyenangkan, karena bisa dijalani semampunya, menjalaninya sebagaimana mestinya, tidak dibuat-buat atau dilebih-lebihkan. Dunia biasa saja, tak perlu menuntutmu untuk berlagak yang aneh-aneh, menuntutmu ini dan itu, ya menjadi manusia biasa.
Hingga akhirnya, karena kamu terlalu biasa saja, kamu lenyap ditelan bumi. Orang-orang datang dan pergi, silih berganti. Dan ya, tak ada memori khusus yang dibuat bersamamu, karena kamu: biasa saja. Memang, manusia yang biasa saja jarang dikenali oleh orang-orang. Mereka cenderung mengenali orang-orang yang luar biasa unggul atau luar biasa menyebalkannya.
Tidak apa-apa, kamu akan menjalani hidup dengan tenang. Tapi hei, mata manusia memang terlalu tajam. Mau tidak mau, kamu harus menampakkan diri. Keluarlah dari sarangmu yang nyaman itu.
Manusia biasa saja, mungkin akan mendapatkan hasil yang biasa saja juga. Semua akan terbayarkan sebagaimana mestinya.
Hidup itu pilihan, kan?
Post a Comment