blog follow
Apa yang tak mampu diucapkan oleh lisan, mampu dirasakan oleh hati, dan diterjemahkan melalui tulisan. Selamat bergabung menjadi teman cerita!

Biasa Saja
Bagaimana Bisa
Ada Kalanya
Mencari Tahu
Gini-gini Aja
Berbeda
Peran Yang Tertukar
Berpindah
Teman
Celoteh Aneh

Skin By : Adam Faiz
Edited By : Me
Colour Code : HTML COLOUR
Big Help : Wanaseoby


Kesan
01 April, 2023 • 0 comment {s}


Ramadhan hari ke-10.


Bukan hal yang baru untuk guru dijadikan sebagai panitia kegiatan kesiswaan. Dan ya hal yang biasa untuk aku diikutsertakan. Namun kemarin, adalah hal yang berbeda. 


Karena terlalu banyak rangkaian acara juga beberapa amanah lain yang masih berjalan beriringan rasa-rasanya membuat pikiran itu cukup terbagi.


Kami akhirnya bekerja sama dengan seorang ustadz untuk menyiapkan segala acaranya dengan biaya yang tak murah tentunya. Kami selaku panitia yang ditunjuk sekolah nampaknya bisa bernapas lega (karena tak perlu banyak memikirkan dan mengeksekusi langsung di lapangan).


Tapi hal tersebut tak berjalan sebagaimana mestinya. Tak sesuai rencana, tak sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan. Tanggung jawab acara yang diambil alih, dan melenakanku karena beranggapan semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Tanpa banyak persiapan dan memikirkan sebelum-sebelumnya (karena sudah merasa dicover oleh EO tersebut). Tapi ternyata, ada ketidaksamaan pandangan yang harus diluruskan. Akhirnya dengan segera harus mengatur ulang bagaimana teknis pembukaan. Hal yang sering juga dilakukan tapi menjadi tak mudah karena perencanaan kegiatan baru dilakukan saat beberapa jam sebelumnya. Hft sangat melelahkan dan membuat sakit kepala.


Hari pertama dan kedua, tak berjalan sebagaimana yang telah diekspektasikan. Panitia terlebih wakasek kesiswaan sangat-sangat kecewa dengan pelayanan yang diberikan. Akhirnya diputuskan untuk selesai kerjasama hanya sampai hari kedua saja (dari perjanjian awal 4 hari).


Akhirnya semua serba mendadak untuk mengatur acara selanjutnya akan seperti apa dan diisi oleh siapa. Ah rasanya rundown sebelumnya itu benar-benar tak berguna. Hingga kami harus segera rapat dan menyusun bagaimananya. Akhirnya diputuskan untuk hari ketiga adalah pematerian oleh MGMP PAI + aku:')


Dan tak lupa sebagai sie acara aku pun merangkap menjadi sie lomba (mencari hadiah) bersama bendahara. Kami pergi ke Baltos dan hanya mendapat beberapa barang yang diperlukan saja, akhirnya diputuskan untuk mencari di Pasar Baru saja, lumayan lama yaa belanja. Hal yang tak terlalu kusenangi untuk menyambangi tempat perbelanjaan karena... Capek sekali dan panas (saat mengendarai motor).


Hal super-super spontan yang membuatku sakit kepala. Untuk pertama kalinya aku berbicara di hadapan banyak siswa. Haaaaa, rasanya aku ingin skip saja ke hari berikutnya:')


Tapi kondisi yang buat kita tak nyaman itu bukan untuk dihindari. Melainkan untuk dicari solusi dan dihadapi. Bukan kabur, manusia dewasa tidaklah seperti itu. Dan akhirnya, hari tersebut mampu dilewati dengan pengalaman baru yang kudapat.


Hingga akhirnya tiba di hari terakhir, sama. Semuanya serba spontan. Aku paling tak suka dengan hal-hal yang harus dilakukan spontan. Berbeda dengan perencanaan yang dilakukan secara cepat, setidaknya hal ini masih mampu dipikirkan dan dirancang akan seperti apa walau dengan tempo yang sangat cepat.


Aku sempat mengeluhkan segala perubahan ini kepada ketua pelaksana, beliau mengatakan bahwa, "Segala hal saat ini, mendatang, terlebih saat pandemi, itu memang sangat dinamis. Perlu pengambilan keputusan yang cepat. Perubahan itu adalah hal yang biasa. Jadi tak usah terlalu dipikirkan." Haaaa baiklah aku cuma bisa menyimak beliau tetap dengan kepala yang agak berat.


Ya baiklah, jalani dan tuntaskan apa yang telah dimulai. Baiklah, mari kita hadapi.


Perbedaan pendapat, penunjukan secara tiba-tiba, pergantian konten acara, pergantian plan yang tiba-tiba itu mewarnai hari terakhir sanlat. Kuncinya, setidaknya kita sudah punya patokan akan seperti apa kegiatan dan urutannya agar tak banyak orang yang mengacak-acak plan yang telah dibuat dan berusaha mengikuti apa yang ada.


Ah yaaaaa, aku ditunjuk untuk memandu acara di hari terakhir itu. Padahal ada senior yang beliau lebih ahli dalam memandu acara, namun menyerahkan kepadaku menjadi perangkat acara. Ah sudahlah. Pengalaman yang baru untuk menjadi mc solo (walau sempat ditemani Bu Koorlap di awal acara). Ya Rabb, segala improvisasi dilakukan untuk mengisi acara yang masyaallah tabarakallah.


Namun, akhir dari acara ini sangat menenangkan. Dengan pemberian parsel yang dibuat sendiri oleh teman-teman kelasnya bagi siswa-siswa yang membutuhkan. Ah rasanya aku meleleh sekali dan terharu, terlebih harus memanggil nama-namanya ke depan dan menyaksikan prosesi penyerahannya. Ya Allah betapa hebatnya Engkau menggerakkan hati-hati itu untuk berbagi, betapa baiknya manusia, betapa damainya.


Dan di akhir, ada buka bersama. Para guru berkumpul di ruang guru dan sebagian mengecek ke kelas masing-masing. 


Ah ya, guru-guru itu... Walaupun mungkin banyak percikan-percikan pemicu konflik, tapi aku yakin fitrah semua manusia adalah baik dan cenderung pada kebaikan. Tentang berbagi, tentang peduli (yang selalu mereka pedulikan adalah: kasihan anak-anak, kalau ternyata hujan. Kasihan anak-anak kalau ini dan itu. Juga ada beberapa dari mereka yang sangat memedulikanku), ah aku sangat terharu.


Aku banyak belajar dari pertemuanku dengan orang lain. Dan aku akan selalu mengingat segala kebaikan itu. Hei begitupun, orang lain. Mereka akan selalu mengingat kebaikan juga keburukan kita padanya. Jadi pilihannya ada padamu? Untuk bagaimana kelak kau akan diingat saat ruh tak lagi membersamai jasad. Apakah hanya keburukan yang ditinggalkan? Ataukah kebaikan?


Allah Maha Baik.



Post a Comment



Older | Newer


Older | Newer