blog
follow
اسلام عليكم
welcome
Apa yang tak mampu diucapkan oleh lisan, mampu dirasakan oleh hati, dan diterjemahkan melalui tulisan. Selamat bergabung menjadi teman cerita!
all
blog archive
Ketuk dan Tutup
Cinta Kebebasan Tak Bertuan
Tentang Seorang Lelaki
Keadilan Sosial Bagi Warga Good Looking
Saat Hidayah Menyapa
Perempuan Paling Bahagia
Menikmati Perjalanan
Sejenak Melihat Sekitar
Selamatnya Lidah yang Tak Bertulang
Resume Buku Leiden
creditsection
big thanks
Skin By : Adam Faiz
Edited By :
Me
Colour Code :
HTML COLOUR
Big Help :
Wanaseoby
Bintang Fajar
22 December, 2020 •
0 comment {s}
Temaram bulan malam ini
Tak secerah bias wajahnya
Kerlipan cahaya bintang di angkasa
Tak semenawan kerlingan bola matanya
Malam semakin pekat
Api berkibar menyapukan jelaga
Dari lampu minyak tua
Angin malam yang menusuk tulang
Terhalang oleh selimut dekapannya
Kupandangi wajahnya
Nampak seperti bulan purnama yang kusam
Kusisipkan jari jemarinya
Kudapati otot-otot kecil bak tali simpul
Telapak tangannya menggenggam bara asa
Desah napasnya berat dan lelah
Terdengar seperti rintihan pemanggil hujan
Namun senyum tetap terbingkai pada air mukanya
Tangan pembawa berkah
Hati yang penuh kasih sayang
Mata yang teduh
Senyum yang menghangatkan
Tubuh yang mulai ringkih di makan usia
Yang kesemuanya menjadi saksi perjuangan
Malam boleh saja kian pekat
Pertanda fajar semakin mendekat
Tetaplah bersinar bintang fajarku
Di hati sanubariku
Yang tak lekang oleh waktu
Tersenyumlah, senyum ini untuk ibu
Senyum yang menjadi pelipur lara, mengundang bahagia
***
Selasa, 22 Desember 2020
Untuk seluruh malaikat tak bersayap yang hebat,
Selamat Hari Ibu!
Labels:
puisi
Post a Comment
Older
|
Newer
Temaram bulan malam ini
Tak secerah bias wajahnya
Kerlipan cahaya bintang di angkasa
Tak semenawan kerlingan bola matanya
Malam semakin pekat
Api berkibar menyapukan jelaga
Dari lampu minyak tua
Angin malam yang menusuk tulang
Terhalang oleh selimut dekapannya
Kupandangi wajahnya
Nampak seperti bulan purnama yang kusam
Kusisipkan jari jemarinya
Kudapati otot-otot kecil bak tali simpul
Telapak tangannya menggenggam bara asa
Desah napasnya berat dan lelah
Terdengar seperti rintihan pemanggil hujan
Namun senyum tetap terbingkai pada air mukanya
Tangan pembawa berkah
Hati yang penuh kasih sayang
Mata yang teduh
Senyum yang menghangatkan
Tubuh yang mulai ringkih di makan usia
Yang kesemuanya menjadi saksi perjuangan
Malam boleh saja kian pekat
Pertanda fajar semakin mendekat
Tetaplah bersinar bintang fajarku
Di hati sanubariku
Yang tak lekang oleh waktu
Tersenyumlah, senyum ini untuk ibu
Senyum yang menjadi pelipur lara, mengundang bahagia
***
Selasa, 22 Desember 2020
Untuk seluruh malaikat tak bersayap yang hebat,
Selamat Hari Ibu!
Labels:
puisi
Post a Comment
Older
|
Newer
Post a Comment