blog follow
Apa yang tak mampu diucapkan oleh lisan, mampu dirasakan oleh hati, dan diterjemahkan melalui tulisan. Selamat bergabung menjadi teman cerita!

Pertemuan
(Bukan) Coba (an)
Kenapa Harus Aku?
Di Atas Satu Kaki
Monster
Bisakah Aku?
Menjadi Muslimah Yang Dirindu Surga
Wonderful Ramadan
Yuk Nulis
Gerbang

Skin By : Adam Faiz
Edited By : Me
Colour Code : HTML COLOUR
Big Help : Wanaseoby


Hijrah
02 June, 2023 • 0 comment {s}


Apa yang terlintas pertama kali di benakmu jika mendengar kata "Hijrah"?


1. Peristiwa pindahnya Rasul beserta kaum muslimin dari Mekkah ke Madinah

2. Berpindahnya suatu kondisi untuk menjadi lebih baik


Aku mengajakmu mengendarai mesin waktu.


Momen apa yang menjadi titik balikmu untuk berpindah itu? Maksudku di sini adalah yang menjadi titik balik perubahan dirimu.


Bagi kebanyakan perempuan, momen hijrah adalah saat mereka secara sadar untuk memutuskan menutup seluruh auratnya yang tak boleh ditampakkan di depan umum.


Kalau aku ditanya tentang pengalaman hijrah, apa ya yang menjadi titik balik perubahan itu? Sejauh ini aku masih harus mengingat lebih keras lagi. Namun bagiku pribadi, titik balik itu sangat aku rasakan ketika berada di bangku kuliah, saat di kampus. 


Mengapa?


Lingkungan itu sangat mendukung terbentuknya karakter seseorang. Tak mudah menjadi manusia yang berbeda di kalangan banyak manusia lain, tak mudah untuk terus berpegang teguh atas prinsip saat tak ada temanmu yang serupa. Dan mungkin juga usia serta pemahaman untuk istiqamah? 


Dulu, ada perasaan malu karena dianggap berbeda, dan ya keinginan untuk sama seperti yang lain. Lalu sesekali akhirnya aku mengikuti mereka agar merasa diterima.


Secara berkala, aku ambil saja contoh penampilan berkerudung ya, dari jilbab bergo khusus sekolah, hingga mencoba seperti teman-teman lain saat mulai SMA: jilbab paris satu lapis hingga jilbab paris yang kulapis dua.


Aku lupa momen ini saat kapan, entah SMP atau SMA. Tapi aku ingat momen saat seorang kakak cantik membantuku menyeberangi jalan raya. Aku digandengnya, saat kudongakkan kepala ke arah beliau kudapati ia yang begitu cantik, putih, dan terpancar kelembutan serta sangat terlihat anggun dari wajahnya. Ia cantik sekali dalam balutan gamis ungu tua dan jilbab senada yang panjang, saat itu aku bergumam dalam hati, "Aku ingin seperti kakak ini suatu hari nanti."


Mungkin bagi bocil umur belasan, ketertarikan itu sangat mudah. Saat kuliah, tekad itu muncul lagi, karena banyak kudapati perempuan-perempuan di kampus yang seperti kakak baik hati yang pernah aku temui dulu.


Lalu bagaimana dulu penampilanku? Alhamdulillah Allah masih menjagaku. Tapi ya memang, belum terlalu sadar dan masih ada luputnya (banyak nakalnya).


Ya, titik balikku untuk semakin sadar itu ada saat aku menjadi mahasiswa baru. Hingga setelah itu, aku mendapatkan "Label" dari teman dan kakak tingkatku, yang bagiku cukup menakutkan dan teringat sampai sekarang, itu, sejak maru.


Sekarang aku tak peduli, label apapun yang mereka sematkan untukku. Toh caraku berpenampilan ini bukan untuk mereka, walaupun tetap akan dianggap sedikit berbeda oleh orang lain, tapi tak masalah. 


Aku saat ini, semoga sudah jauh berbeda dari aku yang dulu. Semoga, ini adalah salah satu bentuk taatku kepada Allah. Aku juga masih kerap luput dan khilaf, tapi bukankah semua manusia itu memiliki kesempatan untuk memperbaiki di kesempatan yang lain?


Kata orang-orang, pakaian itu bukan tolak ukur keshalihan seseorang. Ada benarnya. Tapi semoga niat kita selalu diluruskan dan dijaga Allah bahwa keputusan apapun dalam hidup kita bukanlah untuk mencari perhatian manusia. Apapun yang manusia itu ucapkan, semoga tak mengubah keyakinan serta prinsip kita. Lagi, ini adalah bentuk ketaatan kepada Allah, bukan untuk manusia. 


Aurat itu adalah kewajiban kita sebagai perempuan untuk menutupnya, tak perlu banyak alasan, cukup taatinya secara sempurna. Hijrah pakaian adalah contoh secara khusus saja. Hijrah itu baiknya untuk mencakup keseluruhan aspek dalam diri manusia, perlahan tak apa. Semuanya memang berproses, ya?


Setiap manusia punya masa lalu, tapi bukan berarti ia terkungkung dalam masa lalunya. Hidayah Allah tersebar luas bagi mereka yang mau menangkapnya, ampunan-Nya pun selalu terbuka luas, kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi itu masih terbuka.


Karena lagi-lagi, urusan perhitungan amal adalah mutlak kekuasaan-Nya. Jika hidupmu lurus-lurus saja sejak bayi, maka bersyukurlah. Itu nikmat tiada tara dan jagalah hidayah tersebut hingga akhir hayatmu. 


Namun, manusia memang tak luput dari salah, dosa itu pasti pernah ditorehkan, bersyukurlah karena Allah masih memberi hidayah pada manusia untuk memperbaiki, menjadi lebih baik lagi. Allah menyukai manusia-manusia yang pernah berbuat salah tapi ia juga yang mau bertaubat, berjanji untuk tak mengulangi kesalahan yang sama, dan tumbuh menjadi pribadi luar biasa yang juga istiqamah hingga akhir hayatnya.


Ohya! Bagaimanapun sekarang kondisinya, jangan pernah untuk merasa lebih baik dari siapapun. Bukankah iblis juga tergelincir dengan perasaan yang seperti itu? 


Harapan itu masih ada, berjuanglah!

Semoga Allah senantiasa menjaga niat-niat kita. Aamiin.



Post a Comment



Older | Newer


Older | Newer