blog follow
Apa yang tak mampu diucapkan oleh lisan, mampu dirasakan oleh hati, dan diterjemahkan melalui tulisan. Selamat bergabung menjadi teman cerita!

Saat Hidayah Menyapa
Perempuan Paling Bahagia
Menikmati Perjalanan
Sejenak Melihat Sekitar
Selamatnya Lidah yang Tak Bertulang
Resume Buku Leiden
Let's Break the Limit
Payung Asa
Semua Akan Indah Pada Waktunya
Tuhan dan Rahasia

Skin By : Adam Faiz
Edited By : Me
Colour Code : HTML COLOUR
Big Help : Wanaseoby


Keadilan Sosial Bagi Warga Good Looking
11 September, 2020 • 2 comment {s}


 

Sist, sist… lihat deh video tikt*k ini!”

“OMG! OMG! Tydak terdeteksi keburiqan samsek, pliis deh!”

Aduuhh, tolong pipi gue meronta-ronta.”

Seneng kali ya, punya muka glowing yang shine bright like a diamond. Yang dari jarak sekian meter aja pancaran cahayanya udah muantul ke seluruh penjuru jalanan. Ya Allah, kenapa sih mukaku kusam kayak gini? Rasanya pengen deh auto cantik dari lahir.”

***

Nah loh, siapa yang pernah mendengar percakapan ciwi-ciwi yang mirip seperti itu? Atau bahkan diri sendiri nih, yang sering terbersit keinginan seperti itu?

“Menjadi glowing adalah jalan ninjaku!”.

Hiyaaakkk, akhir-akhir ini banyak sekali manusia yang amat sempit mendeskripsikan kata cantik dengan penggambaran tubuh langsing, kulit putih, rambut lurus tergerai, hidung mancung, alis cetar badai, bulu mata lentik, mata belo, pipi tirus, bibir merah merona. Banyak juga muslimah yang berlomba-lomba untuk menjadi standar kecantikan yang disebutkan tadi. Ingin dipuji, dihargai, dilihat, punya banyak teman/secret admirer. Yah asalkan good looking, enak aja dah hidupnya.

Katanya nih yaa, orang-orang good looking itu punya keutamaan yang lebih banyak daripada yang lain. Bisa ini, bisa itu. Likers banyak, followers banyak, sampai endorse pun banyak! Wow! Kalo mukamu buriq, setiap yang kamu lakuin pasti bakal dihujat. Beda lagi sama orang good looking, perbuatan apapun yang ia lakukan pasti bakal dapat perhatian dan empati yang lebih banyak. Ya seolah-olah, keadilan sosial itu cuma punya warga good looking aja!

Kamu ngerasa insekyur kah, Muslimah pembelajar?

***

Tenang, muslimah pembelajar. Allah menilai kita tidak sereceh itu. Muslimah pembelajar tidak sibuk memikirkan bagaimana ia terlihat di mata orang lain, bagaimana ia bersolek, dan bagaimana ia terlihat cantik di mata laki-laki lain.

Muslimah pembelajar memiliki keutamaan yang jauh lebih agung daripada hanya sekadar yang disebutkan tadi. Ketika ia masih menjadi seorang anak, keutamaannya adalah dengan menjadi seorang anak yang shaliha dan berbakti kepada orangtuanya. Yang hari-harinya dipenuhi untuk terus belajar dan belajar untuk bekalnya kelak. Ketika ia menjadi seorang istri kelak, keutamaannya adalah dengan menjadi istri yang taat pada Allah dan suaminya hingga Allah mengganjarnya dengan surga yang bisa ia masuki dari pintu manapun. Dan kelak ketika ia menjadi seorang ibu, keutamaannya adalah dengan menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Yang disebutkan oleh Rasul sebanyak 3 kali untuk dihormati, yang dengan ridhanya terdapat keridhaan Allah, yang dengan doanya dapat mengetuk pintu langit berkali-kali lipatnya. Yang dari rahimnya, para generasi terbaik dilahirkan.

Tapi ingat, Muslimah… kau jugalah yang dapat menghancurkan suatu negeri dengan hancurnya akhlak dan agamamu, kau jugalah yang menjadi ujian iman terberat bagi para laki-laki. Kita hanya diberikan dua pilihan: 1) menjadi sebaik-baik perhiasan atau 2) seburuk-buruk fitnah. Manakah yang akan kau pilih?

Muslimah, sejatinya dunia ini hanya sekadar tempat singgah yang singkat. Dengan ke-Maha Adil-an Allah, Ia membuka luas jalan-jalan amal bagi laki-laki dan perempuan tanpa ada diskriminasi untuk beramal. Tidak peduli seberapa glowing wajah makhluk-Nya di dunia, bagi-Nya keutamaan tertinggi ada pada derajat taqwa setiap makhluk kepada-Nya.

Karena wajah cantik, akan keriput dimakan usia dan raib dimakan waktu. Namun, hanya dengan amal, keglowingan itu akan terus terpancar hingga hari peradilan tiba. Saat diri tak lagi peduli dengan nasib ayah ibunya, saudaranya, atau kerabatnya. Saat diri cemas bagaimana kelak nasibnya, saat ia mengingat amal mana yang ia banggakan di hadapan Tuhan-Nya. Di saat itu, mulut terkunci tanpa bisa melakukan pembenaran. Di hari itu, kita akan menyaksikan wajah manusia dalam dua kondisi: 1) putih bersinar dan 2) hitam muram.

Allah swt berfirman,

يَوۡمَ تَبۡيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسۡوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسۡوَدَّتۡ وُجُوهُهُمۡ أَكَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ فَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡفُرُونَ – وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱبۡيَضَّتۡ وُجُوهُهُمۡ فَفِي رَحۡمَةِ ٱللَّهِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ

“Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan), “Mengapa kamu kafir setelah beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.”

Dan adapun orang-orang yang berwajah putih berseri, mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya. (QS.Ali ‘Imran:106-107)

Wallahu a’lam bish shawwab.

 

***

Aulia Suci Wardina

Bekasi, 11 September 2020

Labels:



Blogger RahmaMala said...

wah MasyaAllah kak,semangat ķak buat ngeblog nyaa

 
Blogger auliasuciwardina said...

Alhamdulillah, Rahma. Terima kasih sudah meninggalkan jejak:)

Aamiin semangat juga untuk Rahma, ya!

 

Post a Comment



Older | Newer


Older | Newer