“Sist,
sist… lihat deh video tikt*k ini!”
“OMG!
OMG! Tydak terdeteksi keburiqan samsek, pliis deh!”
“Aduuhh,
tolong pipi gue meronta-ronta.”
“Seneng
kali ya, punya muka glowing yang shine bright like a diamond.
Yang dari jarak sekian meter aja pancaran cahayanya udah muantul ke
seluruh penjuru jalanan. Ya Allah, kenapa sih mukaku kusam kayak gini?
Rasanya pengen deh auto cantik dari lahir.”
***
Nah
loh,
siapa yang pernah mendengar percakapan ciwi-ciwi yang mirip seperti itu?
Atau bahkan diri sendiri nih, yang sering terbersit keinginan seperti
itu?
“Menjadi
glowing adalah jalan ninjaku!”.
Hiyaaakkk,
akhir-akhir ini banyak sekali manusia yang amat sempit mendeskripsikan kata
cantik dengan penggambaran tubuh langsing, kulit putih, rambut lurus tergerai,
hidung mancung, alis cetar badai, bulu mata lentik, mata belo, pipi tirus,
bibir merah merona. Banyak juga muslimah yang berlomba-lomba untuk menjadi
standar kecantikan yang disebutkan tadi. Ingin dipuji, dihargai, dilihat, punya
banyak teman/secret admirer. Yah asalkan good looking,
enak aja dah hidupnya.
Katanya
nih yaa, orang-orang good looking itu punya keutamaan yang lebih banyak
daripada yang lain. Bisa ini, bisa itu. Likers banyak, followers
banyak, sampai endorse pun banyak! Wow! Kalo mukamu buriq,
setiap yang kamu lakuin pasti bakal dihujat. Beda lagi sama orang good
looking, perbuatan apapun yang ia lakukan pasti bakal dapat
perhatian dan empati yang lebih banyak. Ya seolah-olah, keadilan sosial itu cuma
punya warga good looking aja!
Kamu
ngerasa insekyur kah, Muslimah pembelajar?
***
Tenang,
muslimah pembelajar. Allah menilai kita tidak sereceh itu. Muslimah pembelajar
tidak sibuk memikirkan bagaimana ia terlihat di mata orang lain, bagaimana ia
bersolek, dan bagaimana ia terlihat cantik di mata laki-laki lain.
Muslimah
pembelajar memiliki keutamaan yang jauh lebih agung daripada hanya sekadar yang
disebutkan tadi. Ketika ia masih menjadi seorang anak, keutamaannya adalah dengan
menjadi seorang anak yang shaliha dan berbakti kepada orangtuanya. Yang hari-harinya
dipenuhi untuk terus belajar dan belajar untuk bekalnya kelak. Ketika ia
menjadi seorang istri kelak, keutamaannya adalah dengan menjadi istri yang taat
pada Allah dan suaminya hingga Allah mengganjarnya dengan surga yang bisa ia
masuki dari pintu manapun. Dan kelak ketika ia menjadi seorang ibu,
keutamaannya adalah dengan menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Yang disebutkan
oleh Rasul sebanyak 3 kali untuk dihormati, yang dengan ridhanya terdapat keridhaan
Allah, yang dengan doanya dapat mengetuk pintu langit berkali-kali lipatnya.
Yang dari rahimnya, para generasi terbaik dilahirkan.
Tapi
ingat, Muslimah… kau jugalah yang dapat menghancurkan suatu negeri dengan
hancurnya akhlak dan agamamu, kau jugalah yang menjadi ujian iman terberat bagi
para laki-laki. Kita hanya diberikan dua pilihan: 1) menjadi sebaik-baik perhiasan
atau 2) seburuk-buruk fitnah. Manakah yang akan kau pilih?
Muslimah,
sejatinya dunia ini hanya sekadar tempat singgah yang singkat. Dengan ke-Maha
Adil-an Allah, Ia membuka luas jalan-jalan amal bagi laki-laki dan perempuan
tanpa ada diskriminasi untuk beramal. Tidak peduli seberapa glowing wajah
makhluk-Nya di dunia, bagi-Nya keutamaan tertinggi ada pada derajat taqwa
setiap makhluk kepada-Nya.
Karena
wajah cantik, akan keriput dimakan usia dan raib dimakan waktu. Namun, hanya
dengan amal, keglowingan itu akan terus terpancar hingga hari peradilan
tiba. Saat diri tak lagi peduli dengan nasib ayah ibunya, saudaranya, atau
kerabatnya. Saat diri cemas bagaimana kelak nasibnya, saat ia mengingat amal
mana yang ia banggakan di hadapan Tuhan-Nya. Di saat itu, mulut terkunci tanpa
bisa melakukan pembenaran. Di hari itu, kita akan menyaksikan wajah manusia dalam dua kondisi:
1) putih bersinar dan 2) hitam muram.
Allah swt berfirman,
يَوۡمَ تَبۡيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسۡوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا
ٱلَّذِينَ ٱسۡوَدَّتۡ وُجُوهُهُمۡ أَكَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ فَذُوقُواْ
ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡفُرُونَ – وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱبۡيَضَّتۡ
وُجُوهُهُمۡ فَفِي رَحۡمَةِ ٱللَّهِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Pada hari itu ada wajah yang
putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang
berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan), “Mengapa kamu kafir setelah
beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.”
Dan adapun orang-orang yang
berwajah putih berseri, mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal
di dalamnya. (QS.Ali ‘Imran:106-107)
Wallahu a’lam bish shawwab.
***
Aulia Suci Wardina
Bekasi, 11 September 2020
Labels: motivasi
wah MasyaAllah kak,semangat ķak buat ngeblog nyaa
Alhamdulillah, Rahma. Terima kasih sudah meninggalkan jejak:)
Aamiin semangat juga untuk Rahma, ya!
Post a Comment