blog follow
Apa yang tak mampu diucapkan oleh lisan, mampu dirasakan oleh hati, dan diterjemahkan melalui tulisan. Selamat bergabung menjadi teman cerita!

Takkan Terganti
Menikah
Penjaga Mimpi
Cahaya Dari Timur
Harapan Yang Tak Kudoakan
Utuh
Untaian Takdir
Mewujudkanmu
Ujian
Saling Mencari

Skin By : Adam Faiz
Edited By : Me
Colour Code : HTML COLOUR
Big Help : Wanaseoby


My Pregnancy Journey
25 December, 2024 • 0 comment {s}



9 Jan 2024. Garis satu. Negatif.

3 Feb 2024. Garis samar itu bertambah semakin nyata. Garis dua. Positif.


Aku... Hamil?


Perjalanan yang kata orang tidak mudah untuk sampai di tahap ini. 


3 bulan pertama kehamilanku dipenuhi dengan adaptasi total karena berada di lingkungan yang sangat baru bagiku. Tak masalah, namun ternyata lidahku yang cukup bermasalah. Aku benar-benar banyak memilah-milih makanan:

1) banyaknya macam varian makanan yang bisa kutemukan di daerah surga kuliner sedangkan tak bisa kutemui di sini,

2) masakan penjual di sini tak seenak buatan umi dan ibu mertuaku

3) aku masih harus belajar banyak menu masakan yang variatif

4) penjual di sini menggunakan kompor minyak dan lidahku sangat mudah merasakan rasa dan baunya, yang ah aku tidak suka.


Yap mau tidak mau jika ada dari beberapa yang aku sebutkan masuk ke mulutku, otomatis aku langsung mual dan muntah. Akhirnya kusiasati dengan memasak apa yang aku mau sendiri. 


***

Tiga bulan pertama, aku tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam beraktivitas. Aku mengajar seperti biasanya, ikut longmarch (pawai menyambut ramadhan), tapi memang setelah beraktivitas itu saat sampai rumah aku merasakan lelah yang teramat sangat yang disertai dengan rasa kantuk. 


Rasanya aku malah tidak sanggup untuk mengerjakan kerjaan rumah karena merasa hari-hariku sangat melelahkan. Alhasil banyak pekerjaan rumah yang mesti dicicil pengerjaannya dan termasuk untuk memasak. Sangat banyak keinginanku untuk memasak ini itu, tapi rasanya aku tak ada tenaga untuk itu. Aku juga tidak nafsu makan. Setiap malam/pagi hari secara rutin pasti mual dan muntah dan ya berat badanku langsung turun 3 kg di awal kehamilan. Akhir trimester 1 dan awal trimester 2 bertepatan dengan bulan Ramadhan, rasanya tidak semaksimal ramadhan-ramadhan sebelumnya.


Awal kehamilan juga membuatku banyak belajar, membaca, dan mempersiapkan untuk menjadi ibu baru. Excited sekali saat pertama kali melihat calon adik bayi di layar usg. Alhamdulillah sudah ada kantung kehamilan dan terletak di dalam rahim, adik bisa tumbuh dan berkembang dengan baik walaupun saat itu masih sebesar kacang. 


Aku banyak bertanya ke teman-teman yang sudah mengalami masa kehamilan itu, termasuk suplemen apa yang harus kepenuhi. Ternyata ada 3 nutrisi utama untuk ibu dan janin: asam folat, zat besi, dan kalsium. Tapi aku memilih untuk mengonsumsi suplemen dengan lebih banyak nutrisi yang ternyata lumayan juga dari segi harga. Pelajaran pertama ketika siap menjadi orang tua adalah siap juga dalam memenuhi kebutuhan sang janin termasuk di dalamnya mengenai finansial.


Memasuki masa "Mengidam", ah aku ingin sekali makan berbagai macam makanan yang pernah kumakan di Bandung/Bekasi dulu (ternyata di sini tidak ada).  Yang paling kuingat adalah aku ingin sekali makan pempek. Makanan yang mudah ditemui bukan? Tapi di sini benar-benar tidak ada, dan saat itu tidak sedang musim ikan tenggiri. Ada, cuma harus ke Ternate (harus titip ke orang lain). Aku menceritakan keinginan untuk makan pempek ke circle pengajianku. Kebetulan akan ada yang terbang dari Jakarta ke Halbar besok. Akhirnya aku go food kan saja pempek tersebut ke hotel tempat beliau menginap. Dan taraaaa besoknya aku bisa makan pempek yang diterbangkan langsung dari Jakarta haha.


Ketika aku tahu ada ikan tenggiri yang dijual di pelabuhan, tanpa pikir panjang langsung minta belikan oleh suami dan ya akhirnya aku mengolah tenggiri itu menjadi pempek. Pengalaman pertama dalam hidup buat pempek sendiri haha. Tapi benar-benar aku banyak belajar masak untuk memenuhi segala keinginanku: pempek, bolu pisang, makaroni schotel, bakso, pepes ayam, ayam kecap, pesmol ikan, tomyum, dll. Ibu hamil memang mudah lapar:)


Lebaran tahun ini, aku di perantauan. Namun kali ini, bersama suami dan adik bayi dalam kandungan. Buat ketupat, masak opor ayam dan kentang balado + kerupuk udang menjadi penghibur hati agar tetap terasa seperti di rumah. Walaupun ada kesalahan sedikit dalam memasak (maklum, masih newbie hehe).


Hari kedua, kami berangkat ke Ternate, sengaja membawa kendaraan agar bisa leluasa bepergian di sana. Tapiiiiii, untuk bisa membawa motor itu harus naik kapal feri sedangkan di pelabuhan dekat rumah belum tersedia feri (baru tersedia beberapa bulan setelah Ramadhan). Jalanan untuk menuju ke sana bisa dibilang cukup ekstrem: hutan, jalanan berkelok, tanjakan dan turunan curam, juga rute panjang yang harus ditempuh selama 45 menit. Aku yang saat itu sedang hamil 4 bulan, bawa ransel, naik motor melewati trek tersebut setelah dipikir-pikir lagi sekarang ternyata masyaallah ya, Allah jaga, Allah kuatkan dalam kandungan yang masih muda:')


Di Ternate aku senang, karena seolah sedang berada di Cimahi/Bandung. Ya, Ternate-lah kota bisnis Maluku Utara itu, akhirnya bisa main ke mall lagi! Dan yaaa memenuhi segala ke-bm-an bumil yang tidak bisa ditemukan di tempat domisili hiks termasuk membeli brokoli dan ikan cipung yang harganya membuat suamiku terkaget-kaget.


Oh ya, aku juga membeli frozen food dan bumbu tomyam (karena rasanya ingiiin sekali makan tomyam). Saat itu tersisa 2 bumbu lagi yang impor dari Thailand dan hamdalah sudah halal, akhirnya langsung masukkan keranjang hehe. Dan lucunya, ketika di rumah aku masak tomyamnya enak sekali, aku makan dan ternyata hweeeek! Keluar semua huhu:') dan ikan cipung yang dalam benakku akan enak sekali dan crispy setelah digoreng ternyata amis sekali yang buatku mual juga:")


Aku diajak suami menjelajah Kota Ternate termasuk kali pertama aku menyelam ke dasar laut yang benar-benar jernih dan indah, masyaallah. Ke lagoona Ngade, melewati batu angus, bandara yang membuat ingin pulang, kesultanan, alun-alun, landmark kota, Pantai Jiko, dan masjid apung. Masyaallah Ternate indah sekali...


***

Memasuki bulan ke-lima, aku sudah merasa lebih enak makan. Hingga di bulan ke-enam alhamdulillah kami mendapat kesempatan untuk pulang bertepatan dengan momen idul adha. Oh ya, saat itu juga aku bersyukur sekali dan berterima kasih, mertuaku berqurban atas nama aku yang sama sekali belum pernah melaksanakan qurban:') terima kasih banyak, ibu bapak...


Momen pulang menjadi momen yang berharga, selain bisa kumpul bersama keluarga, aku juga bisa bertemu teman-teman, dan alhamdulillah keinginan umi untuk bisa melihat kehamilanku terwujud.


Aku silaturahmi ke beberapa kerabat, sampai akhirnya aku jatuh sakit. Padahal sebelumnya dengan aktivitas padat di sekolah aku kuat dan sehat-sehat saja, saat di rumah aku malah langsung tumbang. Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku dirawat di rumah sakit.


Tepat saat hari raya Idul Adha, setelah sebelumnya kucoba untuk berpuasa sunnah, sebelum berangkat shalat id rasa-rasanya aku kurang enak badan namun tak terlalu kupermasalahkan hingga ketika sampai rumah aku keringat dingin, mual dan muntah. Di usia kehamilanku saat itu, aku sudah melewati masa-masa mual itu, tapi ini kembali lagi. Aku pikir kalau saat itu aku masuk angin. Akhirnya aku beristirahat lebih dulu. Tak lama, tubuhku mendadak panas tinggi yang membuatku tak nyaman. Panas itu tidak turun selama dua hari.


Saat diperiksakan di awal, dokter belum bisa memberikan diagnosa secara pasti, namun karena aku sedang hamil, maka detak jantung dede bayi menjadi perhatian. Ketika aku panas tinggi, ternyata membuat detak jantung dede berdetak sangat cepat sekali. Detak jantungnya di atas kisaran normal (120-160x dalam semenit) saat itu detak jantung janin di angka 180an. Hal ini jika dibiarkan maka akan terjadi gawat janin. Aku pun diberikan obat penurun panas dan alat bantu pernapasan (selang oksigen). Ternyata kondisi itu membuat aliran oksigen ke janin menjadi kurang maksimal, sehingga jantung janin memacu lebih keras untuk mendapat lebih banyak oksigen. Terhitung 3 tabung oksigen habis dan detak jantung janin sudah lebih baik (saat itu sudah dikisaran 170an) aku boleh pulang.


Besoknya, suhu tubuhku masih panas tinggi. Sama sekali tidak berkurang walaupun sudah diberi obat penurun panas. Saat itu keputusan kami adalah langsung rawat inap karena takut terjadi hal yang kurang baik ke dede bayi dalam kandungan jika dibiarkan terus menerus. Toh akan dapat perawatan yang lebih intensif juga.


Di IGD, suhu tubuhku sudah agak menurun dan ddj pun sudah kembali normal. Alhamdulillah yang penting dede bayi tidak apa-apa. Tapi rasanya aku masih lemas dan meminta untuk rawat inap saja.


Aku dirawat di ruang khusus ibu dan anak (kebidanan). Aku mendapat pendampingan dari dokter penyakit dalam dan dokter kandungan. Lama sekali masa observasi, kurang lebih satu pekan aku rawat inap. Dokter penyakit dalam tak buru-buru mendiagnosa penyakitku karena tandanya agak sedikit berbeda. Namun dugaannya mengarah ke DBD dan thypus. Yang penting kondisi bayiku di dalam perut aman, aku tak masalah.


Polanya berulang. Badanku panas tinggi sekali di kisaran 39°-40°, karena aku hamil maka obat yang bisa diberikan kala itu adalah paracetamol yang dimasukkan lewat cairan infus/dalam bentuk tablet. Tak lama setelah obat itu bekerja, badanku mengeluarkan keringat yang banyak sekali hingga bajuku basah dan gerah padahal ruangan ber-ac, juga dibarengi dengan turunnya suhu tubuh tak lagi demam. Namun kondisi tersebut tak bertahan lama, setelah pengaruh obat itu habis, tubuhku kembali panas dan hal itu terus berulang. Hingga hasil tes darah menunjukkan kadar leukositku tinggi sekali dan trombositku turun. Akhirnya aku diberi antibiotik, awalnya ragu, tapi ternyata dosisnya sudah dikonsultasikan juga dengan dokter kandungan.


Hingga beberapa hari berikutnya, setelah antibiotik bekerja, kadar leukositku menurun perlahan mendekati batas normal, namun badanku masih tetap panas dengan pola yang sama. Hal ini agak membingungkan dokter, karena kata beliau ketika memasuki masa kritis dbd, leukosit turun pin diikuti dengan suhu badan yang turun (tidak demam lagi), tapi kondisiku berbeda. Akhirnya dokter menyuruh perawat untuk melakukan tranfusi trombosit saat itu juga (tengah malam) dan stok trombosit di RS sedang habis membuat suamiku untuk mengambilnya sendiri di PMI Kota Bandung, di Jalan Aceh dekat dengan tempat mengajarku sebelumnya. Ternyata sudah disiapkan dan langsung serah terima. Rasanya aku sudah pasrah lagi jika harus disuntik lagi. Entah sudah berapa kali aku disuntik. Saat itu badanku masih panas, aku hanya terbangun sebentar saat mau dilakukan transfusi trombosit. Ternyata aku tidak disuntik lagi, transfusi trombosit dilakukan melalui alat infus (dengan mengganti cairan infus menjadi kantong trombosit).


Setelah dilakukan transfusi trombosit dan pemberian antibiotik, alhamdulillah tubuhku mulai berangsur membaik hingga tak lama aku dibolehkan untuk pulang setelah kadar leukosit dan trombositku sudah masuk ambang batas. Saat aku sakit, suami dan keluarganya sangat amat banyak membantuku terutama untuk ibu dan bapak mertua. Juga kedua orangtuaku yang turut menjenguk. Terima kasih banyak atas kebaikan semua.


Allah menguji dengan ujian yang satu, lalu Allah uji lagi dengan ujian berikutnya. Saat aku dirawat, suami bisa gunakan cuti alasan penting sampai aku selesai rawat inap. Tapi aku masih harus kontrol sepekan setelah rawat inap dan suami harus berangkat lebih dulu karena sudah tak bisa lagi untuk mengambil cuti alasan penting. Setelah drama reschedule sampai akhirnya direfund tiket pesawat suami dan aku, bayangkan tiap reschedule dan refund tiket dikenakan potongan 45%, sangat merugikan sekali karena tiket pesawat yang tidak murah. Ya tapi mau bagaimana lagi, qadarullah aku diuji sakit.


Hingga akhirnya aku menyusul suami kembali, meninggalkan tanah Jawa. Hal itu menjadi pengalaman pertamaku untuk naik pesawat sendiri (bersama dede bayi dalam kandungan). Aku diantar keluarga sampai batas boarding keberangkatan. Selebihnya aku minta tolong petugas bandara dan maskapai untuk membawa tas jinjing besar masuk ke dalam kabin pesawat karena aku sedang hamil. Alhamdulillah banyak yang membantuku. Hingga akhirnya, pesawat lepas landas pada dini hari, sinyal cuaca buruk beberapa kali diberikan oleh awak pesawat degan beberapa kali turbulensi yang membuatku tak bisa tidur nyenyak. Alhamdulillah suami menjemput di bandara kedatangan, di Ternate.


***


Memasuki trimester 3, aku sudah tidak mual-mual lagi. Tapi rasanya sudah semakin payah. Kakiku mulai bengkak, aku sudah mulai sulit bernapas (gampang eungab), sudah tidak enak tidur, badan pegal-pegal, dan lain sebagainya. Di trimester 3 ini ada satu kejadian yang masih kuingat: kami kecelakaan. Di persimpangan, ada motor menyerempet dari belakang dan membuat kita terjatuh. Alhamdulillah aku sudah melihat sinyal itu, tapi kejadiannya begitu cepat. Aku langsung turun dari motor. Suami untungnya bisa menahan keseimbangan motor untuk tidak jatuh, namun ternyata yang menabrak dari belakanglah yang jatuh. Ternyata kaki suami tertabrak motor tersebut yang sehingga bengkak sekali dan ia kesakitan juga kesulitan berjalan. Hamdalahnya aku dan dede baik-baik saja. Kami langsung mencari tukang pijat untuk menanganinya. 3 hari suami tidak bisa membawa motor dan kami tidak bisa kemana-mana sehingga membutuhkan bantuan rekan jika ada yang perlu dibeli.


Mendekati masa HPL, aku semakin rajin untuk jalan dan senam. Tapi gelombang cinta dari dede belum muncul juga, khawatir pasti. Apalagi aku mudah terbawa pikiran. Ketika periksa saat waktu HPL, kondisinya semuanya masih baik dan aku diminta kembali jika beberapa hari mendatang, aku belum juga mules maka aku akan diinduksi (wow jawaban yang cukup mengerikan karena berdasarkan pengalaman orang lain, mereka mengupayakan untuk kontraksi normal saja).


Masa-masa kehamilan ini sangat luar biasa. Tak heran jika ternyata Allah janjikan pahala besar di dalamnya. Terima kasih untuk suami, ibu, bapak, umi, abi yang telah banyak memberi bantuan di masa-masa ini.


To be continued...



Post a Comment



Older | Newer


Older | Newer