Betapa "bahagia"-nya orang-orang yang Allah beri "kemudahan" dalam hidupnya.
Memiliki keluarga yang harmonis, saling mendukung satu sama lain.
Finansial yang stabil.
Pekerjaan yang layak.
Kesehatan yang baik.
Relasi (orang dalam) yang luas.
Apapun urusannya pasti dilapangkan, apapun doanya pasti dikabulkan.
Tak pernah gagal, jika gagal pun tak pernah disalahkan.
Tak pernah bingung, esok bisa berangkat sekolah atau tidak.
Tak pernah menahan lapar dan mendengar suara perutnya.
Menjadi pewaris, bukan perintis. Bukan pula yang diwarisi utang dari generasi sebelumnya.
Yang mulai dari dana simpanan 100 juta, bukan utang 100 juta.
Sempurna.
"Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang".
Memang di dunia ini bukan melulu tentang materi. Memang tujuan hidup kita hanya untuk menghamba.
Tapi realistis saja, dunia ini semakin kejam, mencabik dan menghinakan siapapun yang berkekurangan terlebih dalam urusan finansial.
Kehidupan terus berjalan, kebutuhan terus berdatangan. Hari demi hari, kondisi seperti ini akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapanpun.
Sudah belasan tahun lamanya terjerat dalam lingkaran setan ini.
Bertengkar dan saling menyalahkan. Rasanya memori tersebut masih sangat lekat dalam ingatan, yang membuatku sangat hati-hati untuk tidak melakukan hal yang sama (bahkan buatku trauma sampai sekarang).
Bagaimana caranya bisa keluar?
Harus ada bala bantuan. Aku berusaha ikhtiarkan semaksimal yang aku bisa. Tapi...
Kondisiku saat ini tak lagi sama, aku tak bisa sebebas dulu, dan sepertinya saat ini Allah masih menunda segala mimpi yang pernah aku cita-citakan atau bahkan Allah jauhkan?
Aku, berganti peran.
Lalu bagaimana? Bagaimana supaya ini cepat selesai?
Rasanya bahkan sudah muak. Muak sekali.
Harus sampai kapan terus bersabar? Dan berapa banyak lagi ujian yang akan datang?
Kapan ini selesai?
Aku tak mau kehidupanku mendatang seperti kondisi generasi sebelumku. Aku tak mau mewariskan luka dan trauma ini. Setiap tindakan yang akan diambil, harus benar-benar diperhitungkan segala risikonya. Hidup itu bagai berjalan di atas es yang dingin dan tipis. Berhati-hatilah atas setiap tindak tanduk itu.
Aku ingin kehidupan yang lebih baik, tanpa luka dan trauma masa lalu. Kita putus di kita ya? Kita upayakan privilege itu untuk adik, anak, dan cucu kita.
Post a Comment