Aku yakin di sinilah duniaku.

Saat orang lain berlomba-lomba untuk menampakkan dirinya, ah itu mereka saja.

Aku lebih nyaman seperti ini, di sini, dalam duniaku.

Sudah berapa kali aku katakan, aku tak terlalu menyukai kerumunan, ramai, bising, saling beradu satu sama lain, dan hingar bingar.

Cukup saja itu di luar sana, bukan di sini.

Duniaku adalah ini.

Hai. Apakah kau juga penikmat sepi yang sama, sepertiku? 

Dalam sepi yang panjang dan hening, aku ingin justru kita bertukar canda hingga keheningan itu pecah oleh gelak tawa kita saja. Hanya kita, tak ada orang lain yang boleh dan berkesempatan menikmatinya.

Dalam heningnya malam yang kian larut, aku ingin justru obrolan-obrolan ringan kita saling bersahut. Dari hal yang paling sederhana hingga gambaran kita di masa mendatang. Dari humor-humor yang aneh sampai hal-hal yang membuatku mengernyitkan dahi dan membuatmu tertawa karena melihatku yang berpikir amat keras. Kau curang, 1-0.

Tidak perlu mengundang lebih banyak orang lagi, isi duniaku cukup terbatas. Aku tak mau terlalu sesak dipenuhi oleh banyak urusan dan corak tiap manusianya.

Hai! Bukankah dengan kita menatap langit dan bintangnya sembari menyeruput susu hangat di pelataran membuat perasaan jauh lebih tenang?

Menikmati hening suara sekitarnya, yang mungkin sesekali diikuti oleh suara jangkrik sebagai penanda adanya kehidupan.

Indah sekali. Ini, tentang kita.

Aku, kau, dan duniaku.

Di sini memang sepi, tapi aku menyukainya.

Aku, akan tetap menyukai tempat ini, sampai kapanpun. Walau mungkin, kelak kondisinya tak lagi sama. Aku takkan kecewa.

Post a Comment

Aku yakin di sinilah duniaku.

Saat orang lain berlomba-lomba untuk menampakkan dirinya, ah itu mereka saja.

Aku lebih nyaman seperti ini, di sini, dalam duniaku.

Sudah berapa kali aku katakan, aku tak terlalu menyukai kerumunan, ramai, bising, saling beradu satu sama lain, dan hingar bingar.

Cukup saja itu di luar sana, bukan di sini.

Duniaku adalah ini.

Hai. Apakah kau juga penikmat sepi yang sama, sepertiku? 

Dalam sepi yang panjang dan hening, aku ingin justru kita bertukar canda hingga keheningan itu pecah oleh gelak tawa kita saja. Hanya kita, tak ada orang lain yang boleh dan berkesempatan menikmatinya.

Dalam heningnya malam yang kian larut, aku ingin justru obrolan-obrolan ringan kita saling bersahut. Dari hal yang paling sederhana hingga gambaran kita di masa mendatang. Dari humor-humor yang aneh sampai hal-hal yang membuatku mengernyitkan dahi dan membuatmu tertawa karena melihatku yang berpikir amat keras. Kau curang, 1-0.

Tidak perlu mengundang lebih banyak orang lagi, isi duniaku cukup terbatas. Aku tak mau terlalu sesak dipenuhi oleh banyak urusan dan corak tiap manusianya.

Hai! Bukankah dengan kita menatap langit dan bintangnya sembari menyeruput susu hangat di pelataran membuat perasaan jauh lebih tenang?

Menikmati hening suara sekitarnya, yang mungkin sesekali diikuti oleh suara jangkrik sebagai penanda adanya kehidupan.

Indah sekali. Ini, tentang kita.

Aku, kau, dan duniaku.

Di sini memang sepi, tapi aku menyukainya.

Aku, akan tetap menyukai tempat ini, sampai kapanpun. Walau mungkin, kelak kondisinya tak lagi sama. Aku takkan kecewa.

Post a Comment