blog follow
Apa yang tak mampu diucapkan oleh lisan, mampu dirasakan oleh hati, dan diterjemahkan melalui tulisan. Selamat bergabung menjadi teman cerita!

Tamat
Duniaku
Bulan Ditelan Malam
Memeluk Luka
Perkara Jodoh
Hijrah
Pertemuan
(Bukan) Coba (an)
Kenapa Harus Aku?
Di Atas Satu Kaki

Skin By : Adam Faiz
Edited By : Me
Colour Code : HTML COLOUR
Big Help : Wanaseoby


Berteman Dengan Kematian
23 October, 2023 • 0 comment {s}




Berteman dengan kematian, bertaruh nyawa.


Deru pesawat disertai desingan rudal yang bertubi-tubi membuat langit Palestina merah padam.


Bukan hal yang aneh lagi di tanah para pejuang. 75 tahun, hal ini telah terjadi. Pendudukan, penindasan, pembunuhan, penyerangan, penjajahan yang menelan amat sangat banyak korban jiwa, bahkan, genosida.


Bangunan, sekolah, rumah sakit, yang merupakan fasilitas umum luluh lantak dan porak poranda. Yang tersisa hanyalah puing reruntuhan dan kenangan bagi pemiliknya.


Ini bukan lagi tentang konflik beragama, isu politik, atau berbagai macam opini miring yang merusak. Ini, tentang kemanusiaan. Tentang hak hidup setiap manusia di muka bumi.


Bukankah kita semua tahu,

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." ? 


Bukankah itu yang menjadi napas kita dalam bernegara? 

Hai aku, apakah kau sudah mengambil peran?


Ah ya, kadang ada juga yang tak peduli dengan isu ini, karena dianggapnya masih banyak permasalahan negara yang harus dibenahi. Betul. Aku sepakat, mari kita bantu selesaikan dengan apa yang kita bisa. Bukan untuk malah membandingkan permasalahan mana yang lebih berat dan pilah-pilih dalam memberi bantuan.


Berteman dengan kematian, bertaruh nyawa.


Bagi saudara kita di sana, gugur untuk mempertahankan tanah kelahirannya, gugur karena telah berjuang membela agama Allah adalah kematian yang penuh dengan kehormatan. Kematian yang dirindukan.


Mereka tak lagi merindukan kenikmatan dunia yang fana. Yang mereka rindukan adalah saat perjumpaan dengan Allah, karena kehidupan abadi adalah kehidupan setelah kematian.


Negeri Akhirat adalah sebaik-baik tujuan. 

Tak ada lagi air mata, kesakitan, maupun kepayahan di dalamnya.


Bukankah kamu juga merindukan hal yang sama, duhai diri? 


Ketika kelak mampu berjumpa dengan Rabb, para Anbiya, Syuhada, dan orang-orang shalih untuk bercengkrama di dalam syurga yang penuh kenikmatan.


Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. 2: 154)


Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (QS. 29: 64)




Post a Comment



Older | Newer


Older | Newer