blog follow
Apa yang tak mampu diucapkan oleh lisan, mampu dirasakan oleh hati, dan diterjemahkan melalui tulisan. Selamat bergabung menjadi teman cerita!

Waktu
Duniaku
Privilege
My Pregnancy Journey
Takkan Terganti
Menikah
Penjaga Mimpi
Cahaya Dari Timur
Harapan Yang Tak Kudoakan
Utuh

Skin By : Adam Faiz
Edited By : Me
Colour Code : HTML COLOUR
Big Help : Wanaseoby


Catatan Pejuang NICU: Meconium Aspiration Syndrome (Sindrom Aspirasi Mekonium)
21 April, 2025 • 0 comment {s}


(Disclaimer: tulisan ini ditujukan untuk mengabadikan momen atas setiap perjuangan yang telah dilewati. Kelak, saat ia sudah lancar membaca aku ingin ia membaca tulisan ini dan sebagai bukti betapa kami mencintainya, betapa baiknya Allah, juga betapa kuatnya ia telah berjuang).


Setelah melewati HPL, aku melakukan kontrol lanjutan. Dalam perjalanan ke lokasi praktik, aku sudah benar-benar pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti. 


Setelah sampai, dokter mengecek kondisi janin, semuanya masih aman. Saat itu adalah hari ke-4 melewati HPL. Dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan dalam sekaligus membuka jalan lahir. Saat itu sudah dinyatakan pembukaan dua, aku tidak perlu diinduksi katanya, hanya tinggal menunggu hari, besok atau lusa. Memang selama dalam perjalanan pinggangku terasa sakiiitt sekali namun kupikir itu hal yang normal karena ketika bulan ke-9 aku sudah merasakan sakit pinggang itu jadi kuabaikan saja.


Pukul 12 malam, aku terbangun. Rasanya perutku sakiiit sekali, seperti saat haid dan mulas sekali. Kupikir aku akan buang air saja, namun ternyata flek. Akhirnya kubangunkan suami serta mertua untuk berangkat ke rumah sakit.


Day 1 - Hari Kelahiran


Pada 09 Oktober 2024 pukul 03.14, anakku lahir ke dunia. Kami memberikannya nama: Alfatih Yusuf Ibrahim dengan berat 2800 gram dan panjang 49cm. Bahagia dan terharu, terlebih saat bidan yang membantuku lahir mendekapkan ia di dadaku. Rasa sakit yang dirasakan sebelumnya mendadak hilang begitu saja, sampai akhirnya aku harus mendapatkan beberapa jahitan kemudian.


Namun ketika anakku lahir, ia tak menangis sebagaimana anak-anak pada umumnya. Ternyata saat ketubanku dipecahkan pada proses melahirkan, warnanya telah berubah menjadi hijau. Diduga kuat ia menghirup cairan ketuban yang telah bercampur dengan mekonium. Para perawat dan dokter jaga pun langsung mengambil langkah cepat untuk membuat ia menangis pertama kalinya. 


Rasa perih saat proses penjahitan luka robek setelah lahiran ditambah anakku yang menangis kuat tapi tidak terlalu lama. Tindakan langsung diambil dengan menyedot cairan ketuban untuk dikeluarkan dan dibantu dengan pemberian oksigen. Ternyata, anakku harus mendapat perawatan intensif di NICU sedangkan aku masih harus mengistirahatkan diri di ruang rawat inap. 


Sorenya, aku menemuinya di NICU. Dede Fatih sangat menggemaskan, ditambah lagi dengan kedua pipinya yang memiliki lesung pipi. Saat itu, untuk pertama kalinya, aku menggendong dan mengasihi. Rasanya hangat sekali, momen yang akan selalu kuingat.


Day 2 - Berpisah Sementara


Pagi itu, pukul 03.00 WIT, aku dan suami menguatkan diri untuk menjenguk adik Fatih di NICU. Tiap 3 jam sekali, kami memang diminta untuk  memberikan ASI untuk Fatih di NICU. Namun itu tidak berlangsung lama, hingga pukul 6 aku merasa telapak kaki Dede Fatih agak sedikit berwarna biru, napasnya agak berbeda dan yang anehnya, ia tidak bisa menyusu, padahal sebelumnya ia menyusu dengan sangat kuat. Dugaanku karena ia diberi susu lewat dot jadi ia bingung dan harus penyesuaian kembali.


Hari ini aku pulang ke rumah, tapi dede Fatih masih harus mendapat perawatan khusus. Siang harinya, saat sedang istirahat siang, sebuah panggilan dari perawat NICU masuk. Dede Fatih perlu diberi tindakan karena selang oksigen yang biasa ia pakai dirasa kecil dan memerlukan alat bantu pernapasan yang baru dan lebih besar, alat itu tidak ada di Jailolo! Suami dengan sigap mencari alat tersebut di Ternate dengan minta bantuan temannya dan mengirimkannya langsung hari itu juga menggunakan speed boat. Alhamdulillah dapat.


Sel darah putih dede sudah jauh di atas ambang normal, itu pertanda bahwa tubuhnya sedang melawan berbagai macam bakteri dalam tubuhnya. Dede disuntikkan 2 antibiotik sekaligus dalam infusnya. Karena terjadi pemecahan bilirubin bayi baru lahir (dari yang awalnya bersama dengan ibu, kini telah berpisah) ditambah aku berbeda golongan darah dengannya membuat tubuh dede menguning. 


Day 3 - Sinar Biru


Saat itu asiku belum banyak keluar, perasaanku masih campur aduk, sedih tak karuan. Mata sembab, begadang, dan cemas berlebih memikirkan bagaimana kondisi anakku.


Dede dehidrasi. Anak bayi tetap butuh susu walaupun baru 3 hari lahir! Otakku berpikir keras bagaimana aku bisa memenuhi stok susu untuknya. Sempat terfikir untuk memberikannya susu formula, namun dokter anaknya tidak mengizinkan di tengah kondisi dede yang bisa dibilang terlalu berisiko. Dede Fatih sempat kejang dan nakes sulit mendapatkan akses untuk memberinya obat karena tidak kunjung ketemu. Akhirnya kuputuskan mencari pendonor asi untuk anakku. Tapi hanya habis satu botol saja, dokter anak tidak menyetujuinya karena untuk mendapat asi donor harus dilakukan skrining yang ketat dari berbagai macam kemungkinan tertular penyakit dari pendonor. 


Untuk mengatasi kuningnya, dede diberikan fototerapi, inkubatornya diberi sinar biru selama 24 jam:')


Day 4 - Puasa


Hari berganti, namun rentetan akibat dari aspirasi mekonium masih berlangsung. Kini perutnya kembung. Aku amati ia selalu mengeluarkan ludah yang sangat banyak dan sering, sampai aku melihat ludah yang berwarna bening itu terdapat sedikit bercak cokelat yang kutanyakan ke dokter mengapa.


Karena kembung, dede diharuskan untuk berpuasa selama 2 hari (tanpa diberi asupan susu). Antibiotik mulai membuahkan hasil. Setelah cek lab diambil darahnya, leukositnya turun jadi 27.000 trombositnya turun dari 236.000 jadi 39.000. 


Karena kembung juga, dede dimasukkan selang kecil untuk mengeluarkan cairan yang berlebih dari lambungnya. Saat itu kondisi dede benar-benar tidur terus tak terbangun. Setiap aku datang ke NICU rasa-rasanya aku selalu sesak nafas. Tidak sanggup untuk melihat dan mendengarkan laporan observasi dari dokter akan kondisinya. Ditambah luka yang belum kering dan harus dipaksa untuk bepergian. Tapi tidak apa-apa, demi anakku.


Day 5 - Cairan Kecokelatan


Saat aku dan suami menjenguk dede, kudapati tempat menampung cairan lambung dede tak hanya berwarna bening. Kali ini, terdapat lendir cokelat menggumpal di atasnya. Sontak aku kaget dan bertanya-tanya itu apa. Aku harus bersiap mendengar hasil observasi dokter.


"Aspirasi mekonium, menyebabkan perlengketan pada alveoli. Alveoli yang harusnya kembang kempis, dipaksa untuk tidak mengembang secara sempurna. Akibatnya, supply oksigen berkurang. Ketika supply oksigen berkurang, tubuh akan mengamankan 2 organ vital: otak dan jantung untuk tetap diberikan supply oksigen. Dan mengorbankan organ pencernaan: lambung. Hal inilah yang menyebabkan lambung berdarah/luka."


Dokter selalu berpesan kepada kami untuk ridha menerima dan menjalani ujian ini dan juga melangitkan doa sebanyak-banyaknya untuk kesembuhan dede Fatih.


Hari demi hari berlalu, doa dan juga ASI selalu diberikan untuk kesembuhannya. Perjuangan suamiku untuk bolak balik membeli obat/alkes di luar (karena tidak semua obat dan alkes ada di apotek RS), juga mengantarkan ASI tiap 2 jam sekali karena dede Fatih alhamdulillah kuat sekali menyusunya bahkan hingga hampir tengah malam tetap saja dilakukan oleh suamiku. Demi kesembuhan anak kami.


Dede Fatih juga sempat mengalami trombosit rendah, di bawah ambang normal sehingga diharuskan untuk mendapat donor trombosit. Persis seperti saat aku DBD dulu. Namun bedanya, di sini alat penyimpanan darahnya rusak sehingga orang yang donor darah harus donor saat darah itu diperlukan saat itu juga.


Alhamdulillah di hari ke-8, saat kami menengoknya, kami dapat berbagai macam alat yang menempel pada tubuh dede Fatih sudah dilepas. Awalnya aku kaget, namun ternyata itu kondisi dede Fatih mulai membaik. Ku keluarkan ia dari inkubator, ku gendong, pangku, dan DBF kan ia. Kudapati banyak sekali luka bekas suntikan dan ada yg membiru menandakan betapa hebatnya perjuanganmu, nak.


Dan setelah dilakukan cek lab, ternyata leukosit dede Fatih sudah turun dan trombositnya sudah naik sehingga dede Fatih boleh pulang.


Rabbii hablii minash shaalihiin..


Semoga senantiasa Allah jaga, beri kesehatan dan kecerdasan untukmu.

Umma dan Buya, sangat mencintaimu nak.


Terima kasih juga untuk suami, mertua, orangtua, teman, dan keluarga besar atas doa dan supportnya yang luar biasa.



Post a Comment



Older | Newer


Older | Newer